Driver Ojol Akan Dilarang Pakai Pertalite: Order Kian Sulit, Pengeluaran Bengkak

ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/foc.
Sejumlah pengemudi ojek online melakukan unjuk rasa menuntut penyesuaian tarif di ruas Jalan S. Parman, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (3/10/2023).
Penulis: Desy Setyowati
29/11/2024, 12.32 WIB

Pengemudi ojol akan dilarang menggunakan Bahan Bakar Minyak atau BBM subsidi seperti Pertalite. Driver ojek online mengeluhkan order yang sudah sulit didapat, kini harus menanggung pengeluaran yang semakin besar.

Sebelumnya Menteri ESDM atau Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyatakan ojek online tidak mendapatkan BBM subsidi. Pemerintah memfokuskan pendistribusian BBM bersubsidi kepada kendaraan berpelat kuning, seperti angkutan umum.

Pengemudi ojek online Gojek Setiawan menyampaikan pendapatannya Rp 200 ribu – Rp 300 ribu per hari jika order sedang ramai dan beroperasi sejak pagi. Namun jika sedang sepi, hanya Rp 100 ribu – Rp 150 ribu per hari.

“Order sebenarnya banyak, tetapi jumlah pengemudi juga banyak. Jadi terbagi,” kata Pria 48 tahun itu kepada Katadata.co.id, Jumat (29/11).

Di satu sisi, biaya untuk bensin jenis Pertalite Rp 30 ribu – Rp 40 ribu per hari. “Berat sekali buat saya pengemudi ojek online kalau tidak boleh pakai BBM subsidi,” kata dia.

Sementara itu, pengemudi ojek online Maxim Suwandi mengeluhkan order yang sedikit. “Memang sedikit yang pakai Maxim, tapi proses pendaftarannya mudah sehingga saya lolos verifikasi,” kata dia kepada Katadata.co.id.

Penghasilannya rerata Rp 50 ribu – Rp 100 ribu per hari. “Teman-teman ojek online lain seperti Gojek dan Grab bisa mendapatkan Rp 200 ribu – Rp 300 ribu per hari, karena bisa mendapatkan order dari pesan-antar makanan atau pengantaran barang,” ujarnya.

Ia menghabiskan Rp 45 ribu – Rp 50 ribu untuk membeli BBM bersubsidi selama satu sampai dua hari. “Saya harus berkeliling mencari lokasi yang ramai order Maxim, jadi pasti menguras bensin,” kata dia.

Reporter: Desy Setyowati, Kamila Meilina