Mengenal SoftBank, Konglomerat Jepang yang Berinvestasi di Grab dan GoTo Gojek
Nama SoftBank mencuat di tengah wacana kesepakatan penggabungan Grab dan GoTo Gojek Tokopedia. Siapa SoftBank?
Dikutip dari Bloomberg, SoftBank Group Corp., Provident Capital Partners, dan Peak XV disebut berusaha menggantikan CEO GoTo Gojek Tokopedia Patrick Walujo.
“Beberapa pemegang saham GoTo menandatangani memo kepada dewan direksi yang meminta Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa atau RUPSLB,” kata beberapa sumber yang mengetahui masalah ini, meminta untuk tidak disebutkan namanya karena langkah tersebut tidak dipublikasikan, dikutip dari Bloomberg, Selasa (11/11).
Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia alias BEI, GoTo Gojek Tokopedia Tbk akan menyelenggarakan RUPSLB pada 17 November.
Dikutip dari Bloomberg, para pendukung upaya pergantian CEO, termasuk beberapa pendiri GoTo, mengusulkan pemungutan suara untuk berbagai hal, termasuk penggantian CEO Patrick Walujo.
“Patrick Walujo dianggap menentang pengambilalihan oleh Grab,” kata sumber Bloomberg.
Langkah untuk menggulingkan Patrick Walujo, yang mengambil alih kepemimpinan GoTo Gojek Tokopedia pada 2023, bertepatan dengan meningkatnya spekulasi investor bahwa perusahaan akan segera melanjutkan negosiasi mengenai kesepakatan dengan Grab.
Siapa SoftBank?
SoftBank Group Corp. didirikan oleh Masayoshi Son pada 3 September 1981. Kantor pusat berada di Minato, Tokyo, Jepang.
Konglomerat itu bergerak di bidang investasi teknologi dan telekomunikasi. Beberapa usahanya di antaranya:
- Operator telekomunikasi di Jepang SoftBank Corp.
- Investasi global teknologi: SoftBank melalui lini bisnis investasi, memiliki saham di perusahaan besar seperti Alibaba Group Holding Ltd. dan Arm Holdings plc
- Vision Fund yang dikelola oleh SoftBank untuk mendanai startup teknologi global
Investasi SoftBank di GoTo Gojek
SoftBank tercatat menjadi salah satu pemegang saham terbesar GoTo. Dikutip dari Reuters pada Juni 2025, saham GoTo dimiliki oleh investor asing 73,9%, termasuk SoftBank Group Jepang dan Taobao Holding, unit dari Alibaba Group Cina, menurut laporan tahunan 2024. Sisanya dimiliki oleh investor Indonesia.
SVF GT Subco (Singapore) Pte Ltd milik SoftBank dan Taobao merupakan dua pemegang saham teratas GoTo, masing-masing memegang 7,65% dan 7,43% saham, menurut laporan tersebut.
Pada akhir 2022, anak usaha SoftBank yakni SVF GT Subco memiliki 103,12 miliar atau 8,71% saham GoTo Gojek Tokopedia. Porsinya menjadi 92,29 miliar atau 7,79% saham per Maret 2023, menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Kemudian SVF GT Subco menjual saham di GoTo Gojek Tokopedia, setelah SoftBank Vicion Fund merugi ¥ 4,3 triliun atau sekitar Rp 471 triliun selama Januari – Maret atau kuartal I 2023.
Investasi SoftBank di Grab
SoftBank pertama kali berinvestasi di Grab US$ 250 juta pada 2014, tepat saat pesaing Gojek ini mulai bersaing dengan Uber di Asia Tenggara.
Dikutip dari CNBC Internasional, Grab mengumpulkan total pendanaan lebih dari US$ 6 miliar, dipimpin oleh SoftBank, perusahaan transportasi daring Tiongkok Didi Chuxing, dan Toyota Motor Corp per 2018.
Kemudian pada Maret 2019, Grab mengumumkan pendanaan dari Softbank Vision Fund atau SVF US$ 1,46 miliar, dikutip dari keterangan pers.
Putaran pendanaan seri H itu diikuti oleh Toyota Motor Corporation, Oppenheimer Funds, Hyundai Motor Group, Booking Holdings, Microsoft Corporation, Ping An Capital, dan Yamaha Motor.
Pada Juli 2019, Grab mengumumkan investasi US$ 2 miliar untuk Indonesia selama lima tahun atau hingga 2025, melalui modal yang diinvestasikan oleh SoftBank dalam rangka mendukung pengembangan infrastruktur digital di Indonesia.
Investasi itu disalurkan untuk membangun jaringan transportasi perkotaan generasi selanjutnya dan transformasi layanan penting seperti industri kesehatan.
Inisiatif itu diumumkan setelah pertemuan antara Presiden Indonesia ketujuh Joko Widodo atau Jokowi, Chairman dan CEO of SoftBank Group Masayoshi Son, CEO Grab Anthony Tan, serta Ridzki Kramadibrata yang saat itu menjabat President of Grab Indonesia, di Istana Merdeka, Jakarta, pada awal 2019.
SoftBank Tekan Grab dan Gojek untuk Merger
Dikutip dari Bloomberg pada Oktober 2020, pemegang saham membahas potensi kedua perusahaan menggabungkan semua operasional, atau Grab hanya mengakuisisi bisnis Gojek di Indonesia.
Sumber mengatakan, CEO Grab Anthony Tan memilih untuk mengakuisisi pasar yang lebih sempit. Dengan begitu, perusahaan memiliki kendali yang lebih besar.
“Ini memungkinkannya menjalankan bisnis di Indonesia sebagai anak perusahaan Grab,” demikian kata sumber. Namun, ia tidak memerinci pasar yang dimaksud.
Sementara itu, pemegang saham Gojek mendorong kombinasi di seluruh Asia Tenggara. “Ini karena mereka akan berakhir dengan lebih banyak bisnis yang digabungkan,” demikian kata sumber.
Pemegang saham Grab dan Gojek membujuk SoftBank untuk mendukung merger kedua perusahaan. Perusahaan investasi multinasional asal Jepang ini berinvestasi di kedua startup bernuansa hijau itu.
SoftBank saat itu tertekan karena gagalnya penawaran saham perdana alias Initial Public Offering (IPO) startup berbagi kantor WeWork 2019. WeWork akhirnya mendekati kebangkrutan, dan kesulitan membayar utang.
Pendiri SoftBank Masayoshi Son mengunjungi Jakarta pada awal 2019 untuk membahas investasi di bidang teknologi dan pengembangan unicorn di Indonesia, serta rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara alias IKN.
Sumber menyampaikan, Masayoshi Son menyadari bahwa Gojek merupakan lawan tangguh Grab, sehingga mendukung pembicaraan untuk konsolidasi. “Stres akibat Covid-19 dan kekhawatiran atas model bisnis berbagi tumpangan secara global menekan perusahaan untuk menyetujui kesepakatan,” demikian dikutip dari Financial Times, pada Maret 2020.
Selain SoftBank, Grab dan Gojek memiliki investor yang sama yakni raksasa korporasi asal Jepang Mitsubishi. Berdasarkan data Crunchbase, Mitsubishi UFJ Financial Group menyuntikan modal di Grab, sementara Mitsubishi Corporations, Mitsubishi Motors, Mitsubishi UFJ Financial Group, dan Visa berinvestasi di Gojek.
Kabar Grab dan Gojek mengkaji merger sudah berhembus sejak 2018. Kini, isu itu mencuat kembali setelah
Menteri Sekretaris Negara alias Mensesneg Prasetyo Hadi mengatakan Danantara atau Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara diajak berdiskusi terkait Perpres terkait taksi dan ojek online atau ojol.
"Berbagai macam (kementerian yang diajak diskusi). Sebab itu, kemudian ada juga Danantara yang ikut terlibat (dalam pembahasan Perpres)," kata Prasetyo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (7/11).
Para wartawan kemudian bertanya apakah keterlibatan Danantara dalam diskusi terkait Perpres taksi online dan ojol itu terkait isu merger Grab dan Gojek yang sudah lama berhembus. “Ya salah satunya,” Prasetyo Hadi menjawab pertanyaan jurnalis.
Prasetyo Hadi juga mengiyakan kabar bahwa Grab ingin membeli saham GoTo Gojek Tokopedia. “Rencananya begitu,” ia menambahkan.
Selain itu, ia mengatakan bentuknya bisa berupa merger maupun akuisisi. “Sedang kami cari skemanya,” ujar dia.
Ia memastikan hubungan Grab dan Gojek tidak akan memonopoli. “Tidak,” kata Prasetyo Hadi.
Sambil berlari kecil, ia mengatakan bahwa pembahasan wacana merger Gojek dan Grab maupun Perpres ojol bertujuan agar bisnis berbagi tumpangan tetap berjalan. Namun ia tidak mengetahui alasan kedua perusahaan berpotensi terhambatnya bisnisnya, sehingga pembahasan itu dilakukan.
Prasetyo hanya menjelaskan Grab dan Gojek menciptakan lapangan kerja. “Mitra pengemudi (taksi online dan ojol), jumlahnya cukup besar. Dan sekarang kami sadar bahwa ojol merupakan pahlawan ekonomi,” kata Prasetyo.
Para jurnalis kemudian bertanya, pembahasan wacana merger Gojek dan Grab apakah untuk mencegah pemutusan kemitraan besar-besaran akibat Perpres yang tengah dikaji. Prasetyo tidak menjawab.