Produsen mobil asal Amerika Serikat (AS) Tesla memangkas gaji karyawan hingga 30% akibat pandemi corona, mulai pekan depan. Kebijakan ini rencananya akan diterapkan hingga kuartal II tahun ini.
Gaji wakil presiden dipotong 30%, direksi 20%, sementara seluruh karyawan 10%. Dikutip dari CNBC Internasional, semua pekerja kontrak akan diberhentikan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Sebagian karyawan yang bukan warga negara AS juga akan dipecat. “Secara spesifik akan dikomunikasikan oleh tim kepemimpinan lokal sesuai dengan hukum dan dewan kerja setempat,” demikian tertulis pada memo internal untuk karyawan dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (8/4).
(Baca: Jurus Efisiensi Startup di Masa Pandemi: Pangkas Gaji hingga Karyawan)
Karyawan yang tidak memiliki tugas penting dan tak bisa bekerja dari rumah, akan diberikan cuti tanpa dibayar (unpaid leave). Kendati begitu, perusahaan yang dipimpin Elon Musk ini akan memberikan fasilitas kesehatan kepada mereka.
Untuk sebagian besar karyawan yang cuti juga akan mendapat tunjangan pengangguran. “Nilainya kira-kira setara dengan upah utuh (take home pay),” demikian dikutip.
Perusahaan memiliki sekitar 56 ribu karyawan. “Ini adalah pengorbanan bersama di seluruh perusahaan yang memungkinkan kami untuk maju selama masa-masa sulit ini," kata Tesla dalam memo tersebut.
(Baca: Wakil Menteri BUMN Minta Bantuan Ventilator ke CEO Tesla Elon Musk)
Tesla sebenarnya tidak berproduksi bulan lalu di AS, sesuai dengan arahan pemerintah. Produksi rencananya baru akan dilakukan mulai 4 Mei.
Namun, analis di Credit Suisse Group AG mengatakan bahwa Tesla butuh waktu sekitar dua minggu untuk bisa meningkatkan produksi meski fasilitas dibuka pada awal Mei nanti.
Tesla memiliki cadangan sekitar 30 ribu mobil pada akhir kuartal pertama. “Ini cukup untuk memenuhi permintaan yang melemah,” kata analis dikutip dari Bloomberg.
(Baca: Suntikan Dana Investor Diprediksi Anjlok 20%, Startup Harus Efisiensi)