Laba Huawei tercatat naik 8,7% sepanjang Semester I 2019. Padahal, perusahaan itu mendapat sanksi dari Amerika Serikat (AS). Pesaingnya, yakni Samsung dan Apple justru membukukan penurunan keuntungan per Juni 2019.
Sejak awal tahun ini, pendapatan Huawei mencapai US$ 58,3 miliar atau Rp 842 triliun. Capaian itu tumbuh 23% dibanding periode sama tahun lalu. Kenaikan ini ditopang oleh penjualan ponsel pintar (smartphone) yang mencapai 118 juta atau tumbuh 24%.
Pasar terbesar Huawei adalah Tiongkok. “Kami tetap akan menghadapi tantangan dan dapat mempengaruhi laju pertumbuhan kami dalam jangka pendek, ” kata Chairman Huawei Liang Hu dalam siaran pers, kemarin (30/7).
Kondisi berbeda justru dialami Apple dan Samsung, yang labanya menurun. Padahal, beberapa analis sempat memperkirakan penjualan smartphone Huawei turun. Karena, perusahaan teknologi asal Tiongkok itu masuk dalam daftar hitam (blacklist) perdagangan di AS.
(Baca: Fitch: Huawei Apes, Perang Dagang AS-Tiongkok Menguntungkan Samsung)
Namun, laba Apple malah tercatat turun 13% dari US$ 11,5 miliar menjadi US$ 10,04 miliar per Juni 2019. Hal ini terjadi karena pendapatan dari penjualan iPhone menurun 12% secara tahunan.
Meski begitu, pendapatan Apple secara keseluruhan naik tipis satu persen menjadi US$ 53,8 miliar. “Jelas (karena) iPhone. Kami telah melalui periode di mana beberapa pendapatan menurun,” kata CFO Apple Luca Maestri dikutip dari New York Times.
Karena itu, Apple melakukan berbagai upaya untuk meminimalkan penurunan penjualan iPhone. Salah satu caranya, perusahaan asal AS itu memangkas harga smartphone di Tiongkok. Selain itu, Apple merambah layanan lain seperti televisi, kartu kredit hingga gim.
Perusahaan teknologi asal Korea Selatan, Samsung pun mencatat labanya turun 55,6% menjadi US$ 5,6 miliar per Juni 2019. Perolehan tersebut merupakan yang terendah sejak 2016.
(Baca: Setelah Kalahkan Apple, Huawei Berpeluang Menyalip Samsung)
Selain itu, pendapatan Samsung menurun empat persen menjadi US$ 47,53 miliar. Salah satu penyebabnya adalah harga chip memori yang terus menyusut. “Penurunan ini berlanjut sebagai dampak dari penyesuaian inventaris oleh pelanggan pusat data utama di kuartal sebelumnya. Meskipun ada pemulihan permintaan, tapi terbatas," kata Samsung dalam pernyataan resminya.
Alhasil, laba dari bisnis semikonduktor pun anjlok 71%. Selain itu, permintaan smartphone tercatat menurun. Meski begitu, Samsung akan tetap meluncurkan Galaxy Note 10 bulan ini dan Galaxy Fold.
Padahal, sebelumnya lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menilai, Samsung Electronics bakal diuntungkan dengan adanya konflik antara pemerintah AS dengan Huawei. Sebab, perusahaan Tiongkok itu kehilangan beberapa mitra.
Berdasarkan catatan Fitch, hampir setengah dari pendapatan Huawei diperoleh dari pangsa pasar di luar Tiongkok. “Samsung dapat memulihkan pangsa pasar, terutama di Eropa, Asia, Tiongkok, dan Amerika Selatan di mana Huawei meraup sebagian besar pertumbuhannya pada kuartal terakhir,” kata Fitch, beberapa waktu lalu (25/8).
(Baca: Pemasok Huawei, Samsung Hadapi Dilema Tekanan dari AS dan Tiongkok)