Perusahaan teknologi finansial (fintech) di bidang layanan pembayaran, PT Fintek Karya Nusantara (Finarya), berencana memperluas layanan kode Quick Response (QR Code) LinkAja ke Singapura dan Thailand. Hal ini sejalan dengan rencana Bank Indonesia (BI) menggunakan standar kode QR atau QRIS yang sama dengan kedua negara tersebut.
Lantas, bagaimana dengan Go-Pay dan OVO? Head of Public Policy Go-Pay Brigitta Ratih menyampaikan, perusahaannya bakal mengikuti arahan BI. “Kami pasti terus mengikuti arahan BI, termasuk percobaan QRIS, di dalam maupun luar negeri,” kata dia kepada Katadata.co.id, Senin(1/7).
Di sisi lain, Direktur PT Visionet Internasional (OVO) Harianto Gunawan mengisyaratkan perusahaan masih fokus untuk menggarap pasar di dalam negeri. “Kami fokus mendukung adopsi transaksi non-tunai di Tanah Air, yang masih memiliki potensi besar untuk berkembang,” kata dia.
(Baca: LinkAja Berencana Ekspansi ke Hong Kong hingga Taiwan)
BI bersama 19 perusahaan atau anggota working group sudah menjalankan dua proyek percontohan (pilot project) QRIS. Pilot project pertama digelar pada September-November 2018. Lalu, yang kedua dilaksanakan pada awal tahun ini. Rencananya, QRIS akan diterapkan pada Semester II 2019.
Untuk menerapkan QRIS secara internasional, BI mengacu pada Europay Mastercard Visa (EMV). EMV merupakan standar pembayaran menggunakan chip, Near Field Communication (NFC) maupun kode QR sebagai penghubung (interface) ke dompet digital (e-wallet).
(Baca: BI Bakal Uji Coba Standardisasi Kode QR dengan Singapura dan Thailand)
Asisten Gubernur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta mengatakan, Singapura dan Thailand menggunakan standar yang sama, yakni EMV. “Ada benefit kalau pakai standar yang sama. Tentunya dengan spesifikasi yang berbeda-beda tiap negara,” kata dia.
Keuntungan yang dimaksud misalnya, biaya sistem pembayaran menjadi lebih murah. Ini juga akan memudahkan turis dari Singapura dan Thailand dalam bertransaksi di Indonesia.
(Baca: OVO, Go-Pay, dan DANA Siap Adopsi Standardisasi Kode QR dari BI)
EMVCo | Tiongkok | Singapura | Thailand | India | Indonesia** | |
Nama standar | EMV QR Code | n.a | SG QR | ThaiQR Payment | Bharat QR * | QRIS |
Basis | EMVCo * | n.a | EMVCo | EMVCo | EMV | |
Pembuat standar | Visa, Mastercard, Unionpay, JCB, Amex, Discover | PBOC | MAS & Infocomm media dev authority | BOT, Industri SP & Thai Bankers’ Association (TBA) | NPCI, RuPay, Visa, MasterCard, Amex | BI dan 19 perusahaanyang terdiri dari bank, penerbit uang elektronik, switching |
Metode | Merchant dan costumer presented mode | Merchant dan costumer presented mode | Merchant presented mode | Merchant dan costumer presented mode | Merchant presented mode | Merchant presented mode |
Penerbitan Regulasi | Juli 2017 | Desember 2017 | November 2017 | Agustus 2017 | Februari 2017 | - |
Trial/Roll Out | n/a | April 2018 | 2018 | Kuartal IV 2017 | Februari 2017 | Semester II 2019 |
Implementasi | Open source (bebas biaya) | Transaksi terbatas untuk kode QR statis dan dinamis | Terdapat 1 lembaga sebagai repository merchant ID | Para pelaku masuk ke dalam Sandbox sebelum implementasi | Merchant dapat menggunakan aplikasi NPCI untuk generate QR | - |
Sumber: Bank Indonesia
*) EMVCo mengadopsi format BharatQR
**) Masih kajian