LinkAja Berencana Rambah Singapura, Bagaimana dengan OVO dan Go-Pay?

Katadata/Desy Setyowati
Ilustrasi, salah satu merek minuman menyediakan layanan pembayaran mulai dari Go-Pay, OVO, DANA hingga LinkAja. BI menggaet bank sentral Singapura dan Thailand untuk menerapkan QRIS. LinkAja pun berencana ekspansi ke dua negara tersebut.
2/7/2019, 03.00 WIB

Perusahaan teknologi finansial (fintech) di bidang layanan pembayaran, PT Fintek Karya Nusantara (Finarya), berencana memperluas layanan kode Quick Response (QR Code) LinkAja ke Singapura dan Thailand. Hal ini sejalan dengan rencana Bank Indonesia (BI) menggunakan standar kode QR atau QRIS yang sama dengan kedua negara tersebut.

Lantas, bagaimana dengan Go-Pay dan OVO? Head of Public Policy Go-Pay Brigitta Ratih menyampaikan, perusahaannya bakal mengikuti arahan BI. “Kami pasti terus mengikuti arahan BI, termasuk percobaan QRIS, di dalam maupun luar negeri,” kata dia kepada Katadata.co.id, Senin(1/7).

Di sisi lain, Direktur PT Visionet Internasional (OVO) Harianto Gunawan mengisyaratkan perusahaan masih fokus untuk menggarap pasar di dalam negeri. “Kami fokus mendukung adopsi transaksi non-tunai di Tanah Air, yang masih memiliki potensi besar untuk berkembang,” kata dia.

(Baca: LinkAja Berencana Ekspansi ke Hong Kong hingga Taiwan)

BI bersama 19 perusahaan atau anggota working group sudah menjalankan dua proyek percontohan (pilot project) QRIS. Pilot project pertama digelar pada September-November 2018. Lalu, yang kedua dilaksanakan pada awal tahun ini. Rencananya, QRIS akan diterapkan pada Semester II 2019.

Untuk menerapkan QRIS secara internasional, BI mengacu pada Europay Mastercard Visa (EMV). EMV merupakan standar pembayaran menggunakan chip, Near Field Communication (NFC) maupun kode QR sebagai penghubung (interface) ke dompet digital (e-wallet).

(Baca: BI Bakal Uji Coba Standardisasi Kode QR dengan Singapura dan Thailand)

Asisten Gubernur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta mengatakan, Singapura dan Thailand menggunakan standar yang sama, yakni EMV. “Ada benefit kalau pakai standar yang sama. Tentunya dengan spesifikasi yang berbeda-beda tiap negara,” kata dia.

Keuntungan yang dimaksud misalnya, biaya sistem pembayaran menjadi lebih murah. Ini juga akan memudahkan turis dari Singapura dan Thailand dalam bertransaksi di Indonesia. 

(Baca: OVO, Go-Pay, dan DANA Siap Adopsi Standardisasi Kode QR dari BI)

EMVCoTiongkokSingapuraThailandIndiaIndonesia**
Nama standarEMV QR Coden.aSG QRThaiQR PaymentBharat QR *QRIS
BasisEMVCo *n.aEMVCoEMVCoEMV
Pembuat standarVisa, Mastercard, Unionpay, JCB, Amex, DiscoverPBOCMAS & Infocomm media dev authorityBOT, Industri SP & Thai Bankers’ Association (TBA)NPCI, RuPay, Visa, MasterCard, AmexBI dan 19 perusahaanyang terdiri dari bank, penerbit uang elektronik, switching
MetodeMerchant dan costumer presented modeMerchant dan costumer presented modeMerchant presented modeMerchant dan costumer presented modeMerchant presented modeMerchant presented mode
Penerbitan RegulasiJuli 2017Desember 2017November 2017Agustus 2017Februari 2017-
Trial/Roll Outn/aApril 20182018Kuartal IV 2017Februari 2017Semester II 2019
ImplementasiOpen source (bebas biaya)Transaksi terbatas untuk kode QR statis dan dinamisTerdapat 1 lembaga sebagai repository merchant IDPara pelaku masuk ke dalam Sandbox sebelum implementasiMerchant dapat menggunakan aplikasi NPCI untuk generate QR-


Sumber: Bank Indonesia

*) EMVCo mengadopsi format BharatQR

**) Masih kajian