Firma riset pasar International Data Corporation (IDC) memperkirakan, pengeluaran perusahaan di berbagai dunia untuk mengadopsi Internet of Things (IoT) mencapai US$ 1,1 triliun atau sekitar Rp 15.730 triliun pada 2023. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun ini yang diperkirakan US$ 726 miliar atau sekitar Rp 10.381 triliun.
Wakil Ketua President Internet of Things, 5G, dan Mobilitas IDC Carrie MacGillivray menyebutkan, pertumbuhan tahunan majemuk (Compound Annual Growth Rate/ CAGR) untuk pengeluaran IoT selama 2019-2023 diprediksi 12,6%. “Pengeluaran untuk penyebaran IoT berlanjut dengan momentum yang baik,” kata dia dalam laporannya yang dirilis pekan lalu (13/6).
(Baca: Ekonomi Digital Diprediksi Sumbang 9,5% PDB pada 2025)
Ada tiga industri yang menurutnya bakal mengeluarkan banyak dana untuk mengadopsi IoT, yakni manufaktur diskrit, manufaktur proses, dan transportasi. Ia memperkirakan, pengeluaran ketiga industri ini mencapai hampir sepertiga dari total belanja untuk IoT pada 2023.
Selain industri, pengeluaran konsumen retail untuk mengadopsi IoT merupakan yang terbesar kedua pada tahun ini. Adopsi IoT oleh konsumen retail yang terbanyak adalah untuk mengembangkan rumah pintar (smart home) dan kendaraan yang terhubung dengan komputer (connected vehicle use cases). Pertumbuhan majemuk atau CAGR pengeluaran konsumen retail untuk mengadopsi IoT mencapai 16,8% dalam lima tahun.
(Baca: Gandeng Mitra Lokal, Intel Masuk Pasar IoT di Indonesia)
Sejalan dengan hal itu, IDC memperkirakan komputasi awan (cloud computing) akan banyak diadopsi ke depan. IDC memprediksi, hampir sepertiga dari pengeluaran untuk IoT digunakan untuk penyebaran komputasi awan. Sebab, komputasi awan merupakan bagian dari perangkat lunak dalam pengembangan IoT.
Laporan IDC juga menyebutkan, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok akan menyumbang sekitar setengah dari seluruh pengeluaran IoT pada 2023. Disusul oleh Eropa Barat dan Asia Pasifik, tidak termasuk Jepang dan Tiongkok, yang diprediksi mengadopsi IoT dalam jumlah besar.
Belanja Teknologi di Indonesia
Analis IDC Meily Lisdyanti optimistis, pemerintah Indonesia juga bakal meningkatkan adopsi teknologi. IDC memperkirakan, 30% dari perusahaan Indonesia akan menggunakan beberapa layanan dan platform komputasi awan.
Saat ini, menurutnya beberapa pemain di industri menahan diri untuk belanja teknologi karena ada ketidakpastian Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Sebab, ada kekhawatiran kebijakan terkait teknologi bakal berubah setelah Pemilu 2019.
Namun, Meily memperkirakan, pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin akan fokus pada pengembangan teknologi dalam jangka menengah-panjang. Karena itu, ia optimistis belanja teknologi di Indonesia bakal meningkat ke depan.
(Baca: Telkomsel Pakai IoT untuk Manajemen Pengisian BBM Pertamina)