Perusahaan rintisan di bidang logistik on-demand, Triplogic mengumumkan pendanaan tahap awal dari modal ventura, East Ventures. Hanya saja, Triplogic enggan menyebutkan besaran investasi yang diterima.
Co-founder dan CEO Triplogic Oki Earlivan menyampaikan, dana segar ini rencananya digunakan untuk memperluas jaringan logistik perusahaan. Caranya, dengan menggandeng lebih banyak mitra Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai titik pengiriman barang (drop shipping point).
Saat ini, Triplogic bermitra dengan 1.600 UKM dan beroperasi di 61 kota di Indonesia. “Kami adalah perusahaan logistik yang menyediakan solusi lengkap dari hulu ke hilir, mulai dari logistik, pengiriman paket, pengemasan, dan distribusi untuk UKM,” ujar Oki dalam siaran pers, Selasa (30/4).
(Baca: Didukung Unilever, Startup Logistik Asal Malaysia Siap Masuk Indonesia)
Oleh sebab itu, startup logistik ini menyebut bahwa perusahaan mereka bergerak di bidang logistics-as-a-service (LAAS). “Kami terus berfokus menciptakan ekosistem rantai pasokan yang kuat,” kata Oki.
Ia menyebutkan, perusahaannya melayani ribuan pengiriman per harinya. Pertumbuhan nilai transaksi (Gross Merchandise Volume/GMV) mencapai 34 kali lipat. Triplogic pun berencana membangun lebih dari 15 ribu titik pengiriman pada tahun ini. Tambahan dana ini juga akan digunakan untuk meningkatkan kualitas produk dan teknologi.
(Baca: Tumbuh Pesat, Startup Logistik Waresix Optimistis Hasilkan Laba)
Partner East Ventures Melisa Irene menambahkan, perusahaannya telah berinvestasi di sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang industri perdagangan dan rantai pasokan. Startup itu di antaranya Waresix, Warung Pintar, Sirclo, dan lainnya. “Kami sangat gembira melihat perkembangan ekosistem kami,” kata dia.
Ia menjelaskan, platform e-commerce yang mereka danai telah memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Sebab, e-commerce tersebut mempermudah konsumen mendapatkan produk yang diinginkan dan menciptakan pengalaman online ke offline yang mulus. “Kami menyadari bahwa Triplogic, sebagai pemain logistik last mile, cocok untuk melengkapi ekosistem rantai pasokan kami selama ini,” ujarnya.
(Baca: Gojek Gandeng Garuda Indonesia untuk Perkuat Layanan Logistik)
Triplogic mencatat, pengiriman barang melalui platformnya bisa dilakukan hanya dalam kurun waktu tiga jam. Cepatnya pengiriman ini karena Triplogic membangun titik pengiriman di lokasi UKM dan toko lokal, yang berbentuk loker dan kotak pintar.
Selain itu, Triplogic melakukan analisis prediktif atas pengiriman yang pernah mereka lakukan. Lewat analisis itu, Triplogic bisa memilih titik pengiriman berikutnya secara strategis.
Jenis pelanggan Triplogic sangat beragam, mulai dari bisnis yang teratur mengirimkan paket seperti distributor, e-commerce, UKM online dan offline hingga pengguna ritel atau individu.
Untuk klien korporat, Triplogic menggunkan truk dan van untuk mengirimkan barang dari produsen atau distributor ke kios dan toko lokal. Triplogic mengklaim, pengiriman dengan cara ini biayanya lebih terjangkau. Triplogic bahkan memfasilitasi metode transaksi tunai di tempat (cash on delivery).
Bagi pelanggan ritel dan UKM, Triplogic menawarkan layanan pengiriman di hari yang sama dan layanan kilat sehari, baik dalam kota maupun antar kota. Konsumen dapat menggunakan aplikasi untuk mengatur pengiriman barang ke beragam destinasi dalam sekali perjalanan. Pelanggan yang beroperasi secara offline juga bisa menitipkan barang di titik pengiriman terdekat dan meminta agen melanjutkan pengiriman.
(Baca: Layanan Go-Jek dan Grab Mengubah Pola Logistik Era Digital)
Solusi logistik seperti banyak digunakan di Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan negara terbesar ketiga dalam hal ukuran dan pertumbuhan pasar logistik, setelah Tiongkok dan India. Nilai pasar industri logistik di Indonesia mencapai Rp 2.300 triliun pada 2015.
Peningkatan industri logistik juga didorong oleh pesatnya pertumbuhan e-commerce lokal yang menyumbang hampir Rp 99,4 triliun pada 2017. Triplogic ingin mendapatkan porsi signifikan dari jumlah total pengiriman paket harian di Indonesia yang mencapai 4 juta.
(Baca: Tujuh Isu Besar Ekonomi Digital: Keamanan Data hingga Logistik)