Riset UI: Omzet 55% Mitra Go-Food Naik Setelah Bergabung

Gojek
(kiri-kanan) VP Sales & Marketing GO-FOOD Festival Cassandra Aprilanda, Strategic Region Head Jawa Barat & Banten Becquini Akbar, Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat Arif Muchamad Fazar, Kepala Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Kenny Dewi Kaniasari, Kepala Dinas Koperasi UMKM Kota Bandung Priana Wirasaputra menggunakan Go-Pay saat bertransaksi di Go-Food Festival Husein Sastranegara
Penulis: Desy Setyowati
22/4/2019, 16.02 WIB

Hasil survei Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menunjukkan, omzet 55% mitra meningkat setelah bergabung dengan Go-Food. Menurut Wakil Kepala LD FEB UI Paksi C K Walandouw, kenaikkan omzet ini ditopang oleh meluasnya pasar mitra.

Aplikasi Gojek telah diunduh 142 juta kali di Indonesia. Makanan dan minuman mitra pun bisa dipesan oleh pengguna Gojek, sepanjang jaraknya kurang dari 25 kilometer. “Peningkatan klasifikasi omzet usaha ini menunjukkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bergabung dengan Go-Food mengalami perluasan pasar dan naik kelas,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (22/4).

(Baca: Riset UI: Mitra Gojek Sumbang Rp 44 Triliun ke Perekonomian)

Survei ini dilakukan terhadap 1.000 mitra Go-Food di sembilan wilayah, yakni Balikpapan, Bandung, Jabodetabek, Denpasar, Makassar, Medan, Palembang, Surabaya, Yogyakarta. Hanya, LD FEB UI tidak menyebutkan kapan survei tersebut dilaksanakan maupun metodenya.

Berdasarkan survei UI tersebut, 72% responden mengaku klasifikasi omzetnya naik setelah menggunakan aplikasi khusus manajemen mitra Go-Food. Lalu,volume transaksi 93% responden meningkat setelah menggunakan aplikasi khusus untuk mitra Go-Food ini.

Menurut Paksi, temuan ini mengindikasikan teknologi manajemen mitra menjadi kunci mengakselerasi pertumbuhan dan daya saing UMKM di era digital. “Dalam menumbuhkan bisnis UMKM, tidak cukup hanya membantu mereka memperluas pasar, tetapi juga harus membangun ekosistemnya,” kata dia.

(Baca: Saingi Go-Food Festival, GrabKitchen Bangun Dua Dapur Baru di Jakarta)

Ia berpendapat, Gojek membangun ekosistem untuk mengembangkan bisnis UMKM. Salah satu caranya, dengan menyediakan layanan dari hulu ke hilir untuk keperluan UMKM.

Survei LD FEB UI pun menunjukan, 92% responden menilai layanan aplikasi manajemen mitra Go-Food memudahkan. Sebab, teknologi di aplikasi ini memberikan informasi pesanan kepada mitra sebelum mitra pengemudi Gojek datang. Aplikasi ini juga memberi keleluasaan mitra untuk mengubah menu, harga, foto, dan jam operasional secara mandiri.

(Baca: Jokowi Pernah Pesan Makanan Lewat Go-Food ke Istana Bogor)

Sebanyak 92% responden bergabung dengan Go-Food karena adanya layanan Go-Pay. Lalu, 87% responden bergabung karena menilai teknologi keamanan Go-Food canggih. Kemudian 79% responden mau menjadi mitra Go-Food karena adanya layanan pencatatan transaksi secara digital.

Karena itu, 85% responden menginvestasikan kembali pendapatannya dari Go-Food untuk mengembangkan bisnis mereka. “Dengan omzet mitra Go-Food yang meningkat dan menginvestasikan kembali pendapatannya, kontribusi UMKM mitra Gojek bisa terus membesar dari tahun ke tahun,” kata Pasik.

Berdasarkan survei UI, mitra Go-Food berkontribusi Rp 6,9 triliun Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, pada 2017. Kontribusi meningkat menjadi Rp 18 triliun pada 2018. Secara keseluruhan, LD FEB UI mencatat Gojek berkontribusi Rp 44,2 triliun terhadap perekonomian nasional pada tahun lalu.

(Baca: Persaingan Ketat Gojek dan Grab Menjadi SuperApp)

Reporter: Desy Setyowati