Ketimbang IPO, Traveloka Fokus Kembangkan Aplikasi

Desy Setyowati/Katadata
Head of Marketing Accommodation Indonesia Traveloka Shirley Lesmana; PR Director Sufintri Rahayu dan Head of Growth Management Tranportation Product Iko Putera.
Penulis: Desy Setyowati
22/4/2019, 15.07 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat menyampaikan bahwa Traveloka berminat untuk menjadi perusahaan terbuka. Namun, Traveloka membantah hal itu.

Public Relations Director Traveloka Sufintri Rahayu mengatakan, perusahaannya fokus mengembangkan aplikasi agar menjadi discovery platform. "Saat ini, pencatatan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) bukan fokus utama kami," ujar dia saat konferensi pers di Restoran Ocha and Bella, Jakarta, Senin (22/4).

(Baca: Bukan SupperApp, Traveloka Menobatkan Diri Jadi Discovery Platform)

Discovery platform yang dimaksud, Traveloka ingin menyediakan layanan end to end terkait perjalanan (travel) dan gaya hidup (lifestyle) dalam satu aplikasi. Disebut end to end service karena layanan yang tersedia mulai dari perencanaan hingga selesai melakukan perjalanan.

Di samping itu,  Traveloka menyadari bahwa masyarakat dewasa ini menyukai kegiatan leisure seperti makan di restoran atau menginap di hotel yang unik. “Kami baru tujuh tahun. Permintaan dari pengguna kami luar biasa, ‘ayo dong tambah fitur ini itu’. Kami merasa fokus utama kami membesarkan platform discovery itu,” ujarnya.

(Baca: BEI: Traveloka Beri Sinyal Tertarik untuk IPO)

Saat ini Traveloka memiliki lebih dari 10 layanan. Di antaranya transportasi seperti bus dan shuttle, pemesanan tiket pesawat, isi ulang (top-up) dan paket data, penjemputan di bandara, hotel, rekomendasi kuliner, sewa mobil, aktivitas hiburan, tiket menonton film hingga kereta api.

Untuk itu, Traveloka menyebut aplikasi mereka sebagai discovery platform. “Kami memang mau fokus di travel dan lifestyle, menyediakan end to end service dan produk yang membuat pengguna kami lebih jaya di sisi pengalamannya,” kata dia.

Dalam waktu dekat, Traveloka meluncurkan fitur baru. Hanya Sufintri enggan menjelaskan detail mengenai fitur tersebut. Dia hanya menegaskan, bahwa layanan yang disediakan Traveloka merupakan hasil riset terkait kebutuhan konsumen selama beberapa tahun.

(Baca: Setelah Hentikan Traveloka, AirAsia Kaji Penjualan Tiket Via Tiket.com)

Kendati demikian, menurutnya IPO adalah langkah yang positif bagi suatu perusahaan untuk berkembang. “Sebenarnya, kami waktu itu ada pertemuan dengan BEI. Tapi ada banyak perusahaan teknologi yang diundang. Sebetulnya, kami tentu akan IPO. Tapi itu bukan fokus utama kami,” ujar dia. 

Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia sudah melakukan diskusi bersama Traveloka terkait rencana tersebut. Salah satu hal yang ditanyakan oleh Traveloka kepada BEI adalah pajak bagi perusahaan yang melakukan IPO.

Bursa membahas isu pajak tersebut dengan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). "Intinya mereka tertarik untuk go public di bursa kita," kata Nyoman di kantornya, Jakarta, awal April lalu.

(Baca: BEI Cari Cara Tingkatkan Valuasi Start Up Agar Dapat IPO)

Terkait pajak perusahaan yang tercatat di pasar modal,  sejak tahun lalu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah mempertimbangkan revisi aturan penurunan tarif pajak penghasilan (PPh) bagi perusahaan terbuka. Dengan diturunkannya tarif itu, Sri Mulyani ingin jumlah emiten di BEI meningkat menjadi seribu perusahaan dalam waktu dekat.

Aplikasi Traveloka sudah diunduh lebih dari 40 juta kali di Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Yang teranyar, Traveloka masuk pasar Australia pada Maret 2019. Pengguna aktif harian aplikasi Traveloka pun mencapai sejuta per hari. Salah satu unicorn nasional ini memiliki 2.500 pegawai. Sebagian besar dari karyawannya merupakan programmer. 

(Baca: Traveloka Dikabarkan Akuisisi Pegipegi Lewat SPV di Singapura)

Reporter: Desy Setyowati