Reportase: Internet di Rumah Pengasingan Bung Karno

Katadata/Michael Reily
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di Taman Renungan Bung Karno, Ende, Nusa Tenggara Timur, Senin (25/3).
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
27/3/2019, 03.00 WIB

Kota tempat pengasingan pertama proklamator Indonesia Ir. Sukarno kini tak lagi terasing. Ya, sinyal internet bisa diakses dengan leluasa di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bung Karno diasingkan di pelosok Pulau Flores itu dari 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938. Saat itu, listrik dan ledeng pun belum tersedia di Ende. Bung Karno yang berlatar pendidikan arsitektur harus membangun sumur di rumah pengasingan milik Haji Abdullah Ambuwaru bersama para sahabatnya.

Komunikasi dengan dunia luar hanya bisa dijalin melalui  dua kapal pos yang singgah sebulan sekali di pelabuhan. "Pengasingan bukan berarti semangat itu mati, justru Bung Karno secara filosofis mencari cara untuk mempersatukan perbedaan yang ada di Indonesia," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di Taman Renungan Bung Karno, Ende, Nusa Tenggara Timur, Senin (25/3).

(Baca: Reportase: Internet Menjadi Jendela Dunia bagi Siswa di Ende)

Taman Renungan Bung Karno berada sangat dekat dengan pantai dan Pelabuhan Ende. Bung Karno senang pergi ke sana untuk menghabiskan waktu sendiri atau bertemu para nelayan selama masa pengasingannya.

Di taman itu, dulu ada sebatang pohon sukun besar tempat Bung Karno biasa berteduh. Pohon bercabang lima itulah yang konon menjadi inspirasinya saat merumuskan Pancasila. Hanya, pohon itu mati pada 1961, lalu digantikan dengan pohon lain pada 1980an.

Pengasingan Bung Karno (Katadata/Michael Reily)

 

Palapa Ring

Kini, jaringan kabel optik Palapa Ring yang segera selesai dibangun akan menghubungkan 514 kabupaten dan kota, termasuk Ende. Pemerintah juga menyiapkan satelit untuk menjamin ketersediaan koneksi digital di wilayah yang lebih terpencil.

Rudiantara membayangkan, jika internet sudah ada di masa perjuangan, Belanda tak akan mampu mengasingkan Bung Karno dan para perintis kemerdekaan lainnya. Berbagai diskusi tentang filosofi negara tak lagi harus dilakukan secara tatap muka.

Dari pelosok Ende pun Sukarno yang gemar membaca bisa mengakses literatur digital dari berbagai perpustakaan di dunia. Pidato-pidatonya yang menggelegar itu bisa cepat viral.

"Beliau menyiapkan pidato secara tertulis, kalau sudah ada internet pasti bisa lebih cepat lagi, jumlah pidatonya lebih banyak lagi, karyanya bisa mencapai ribuan," kata Rudiantara bersemangat.

(Baca: Kominfo: 4.111 Titik Terhubung Internet Berbasis Satelit)

Selama tiga tahun terakhir, pemerintah berusaha membangun 480 titik infrastruktur internet berbasis satelit di Nusa Tenggara Timur. Secara total, pembangunannya baru mencapai 4.111 titik di daerah yang tak terjangkau akses Palapa Ring.

Yanuarius Abdulian Woge, pelajar kelas XII jurusan IPA SMA Negeri Detusoko, Ende menyatakan bahwa internet telah membantunya belajar menjelang Ujian Nasional. Yanuarius yang sepulang sekolah membantu orang tuanya menjaga ternak juga bisa mendapat berbagai wawasan baru. "Saya juga bisa cari informasi tentang vaksin dan pakan," ujarnya ramah.

Penyediaan akses internet di berbagai daerah, menurut Rudiantara, adalah bagian dari upaya untuk mengisi kemerdekaan. Internet adalah bagian dari infrastruktur langit yang menjembatani kebutuhan komunikasi dan informasi di seluruh Indonesia.

Reporter: Michael Reily