Produsen telepon seluler asal Tiongkok, Xiaomi terkenal dengan produk ponselnya yang dibanderol murah. Petinggi Xiaomi pun mengungkapkan beberapa strategi di balik ponsel berharga terjangkaunya, baikmelalui efisiensi biaya produksi hingga merelakan perolehan margin kecil.
"Kami membuat produk dengan harga yang sebenarnya," kata Country Director Xiaomi Indonesia Alvin Tse dalam video conference pada Kamis (13/8).
Ia menjelaskan, dalam memproduksi ponsel, dia menjelaskan ada sejumlah komponen biaya produksi seperti biaya pembuatan perangkat (hardware), biaya distribusi, pemasaran, retail, dan biaya iklan.
Namun, dalam kegiatan produksinya, perusahaan berupaya menekan biaya-biaya tersebut agar bisa menjual produknya dengan harga relatif terjangkau.
Alvin mengatakan ada empat strategi yang diusung perusahaan. Pertama, berani mengambil margin keuntungan tipis dari tiap penjualan ponsel.
"Margin tidak lebih dari 5%," katanya.
Pada 2018 Xiaomi memang berjanji untuk hanya mengambil untung maksimal 5%. Perusahaan membuat pengumuman pembatasan keuntungan itu pada saat peluncuran ponsel Mi 6X. Saat itu, perusahaan hanya membanderol ponsel dengan harga 1.599 yuan atau sekitar Rp 3,5 jutaan.
Ponsel diperkuat oleh Qualcomm Snapdragon 660, dual kamera 20MP, dan software Artificial Intelligence (AI) terbaru untuk fitur foto. Spesifikasi itu biasanya hanya tersedia pada kategori ponsel seharga 3.000 yuan atau sekitar Rp6,5 jutaan.
Kedua, Xiaomi mengandalkan penjualan secara langsung pada konsumen melalui kanal e-commerce. Cara tersebut digunakan perusahaan untuk memangkas jalur distribusi yang panjang sehingga menyebabkan harga ponsel menjadi mahal.
Ketiga Xiaomi hanya membuka sedikit toko. Perusahaan melakukan efisiensi toko dengan hanya mendirikan toko yang bisa dijangkau konsumen saja.
Terakhir, dalam memangkas biaya iklan. Untuk memasarkan produknya, Xiaomi mengandalkan penggemar yang disebut sebagai Mi Fans dan memasarkannya dari mulut ke mulut.
Untuk meningkatkan ketertarikan produk pada penggemarnya, perusahaan memakai media sosial. "Kami tidak membuang banyak biaya untuk menyewa selebriti, yang kami butuhkan Mi Fans untuk share produk," kata Alvin.
Dengan strategi itu, Xiaomi pun bisa meningkatkan penjualan dan pangsa pasarnya secara global.
Data dari Canalys mengungkapkan, penjualan ponsel Xiaomi meningkat di kuartal pertama 2020 menjadi 30 juta unit, dibandingkan kuartal pertama 2019 yang mencapai 27,8 unit.
Pangsa pasar Xiaomi pun meningkat dari 8,9% di kuartal pertama 2019 menjadi 11,1% di kuartal pertama 2020. Meski begitu, penjualan dan pangsa pasar Xiaomi secara Global masih kalah dibanding Samsung, Huawei, dan Apple.