Uji coba inclusive closed loop pertanian cabai di Garut, Jawa Barat membekali para petani dengan teknologi informasi khusus. Wujudnya berupa aplikasi ponsel android bernama PETANI, dikembangkan PT 8Villages Indonesia, agar aktivitas bercocok tanam lebih presisi.
Aplikasi PETANI memungkinkan para petani cabai saling bertukar informasi secara langsung dengan pakar pertanian yang juga tergabung dalam model kemitraan closed loop. Ke depan, diharapkan bisa tercapai praktik agribisnis presisi yang dapat direplikasi ke daerah lain.
CEO 8Villages Sanny Gaddafi mengatakan, teknologi informasi berbasis aplikasi android tersebut bertujuan agar seluruh pihak yang terlibat dalam inclusive closed loop bisa saling memantau.
“Aplikasi kami menampung semua laporan dari awal sampai akhir pertanian cabai ini, sehingga masing-masing stakeholder bisa memeriksa progress-nya,” ucapnya kepada Katadata, Kamis (3/12/2020).
Laman resmi 8Villages menyebutkan, aplikasi PETANI relatif mudah digunakan. Misalnya, petani memiliki kendala dan ingin bertanya, mereka cukup melampirkan foto kondisi tanaman. Lalu mengunggah ke aplikasi. Selanjutnya, pakar terkait akan menjawab dan menjelaskan cara mengatasinya.
Aplikasi PETANI juga bisa dimanfaatkan oleh para penyuluh pertanian untuk berbagi informasi tanpa harus selalu turun ke lapangan. Cara ini dinilai dapat lebih memberdayakan petani. Pasalnya, informasi pertanian bisa diperoleh lebih tepat waktu.
“Teknologi informasi PETANI menghilangkan batasan ruang dan waktu, tanpa harus selalu datang ke lokasi pertanian tetap bisa segera membantu petani. Ini membuat inclusive closed loop menjadi lebih efektif lagi pelaksanaannya,” ucap Sanny.
Sinergi multipihak dalam inclusive closed loop disusun petani, pengusaha, lembaga keuangan, dan pemerintah untuk mendongkrak kinerja bisnis hortikultura. Peningkatan produktivitas dan tingkat harga merupakan salah satu target yang dibidik, sehingga petani lebih sejahtera.
Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat Entang Sastraatmadja berharap, inclusive closed loop mampu membangun jejaring di antara para pelaku agribisnis secara solid, sehingga bisa menciptakan keuntungan yang adil. Petani dan pengusaha, imbuhnya, harus mampu dijembatani misalnya oleh lembaga keuangan.
“Dan para petani perlu dipandang sebagai aktor utama dalam proses bisnis yang dilakoninya. Petani jangan lagi hanya dijadikan objek. Apalagi kalau diposisikan sebagai mesin produksi. Para pengusaha perlu memandang petani sebagai mitra,” kata Entang.
Inclusive closed loop membuka peluang berbagai pihak untuk bekerja sama guna mengoptimalkan potensi yang ada sehingga dapat memecahkan beragam tantangan di sektor pertanian. Keberadaan para aktor di sepanjang rantai nilai pertanian dari hulu sampai hilir tidak dipandang sebagai kompetisi melainkan sinergi.