Frekuensi Bekas TV Analog Akan Dipakai untuk Percepat 5G Tahun Depan

ANTARA FOTO/REUTERS/JASON LEE
Ilustrasi, seorang insinyur berdiri di bawah stasiun pangkalan antena 5G dalam sistem uji lapangan SG178 Huawei yang hampir membentuk bola di Pusat Manufaktur Songshan Lake di Dongguan, provinsi Guangdong, China, Kamis (30/5/2019).
Penulis: Desy Setyowati
11/12/2020, 11.53 WIB

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyiapkan spektrum frekuensi untuk jaringan internet generasi kelima alias 5G. Salah satu opsinya memanfaatkan saluran dari migrasi televisi analog ke digital atau analog switch off (ASO).

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Kominfo Ismail mengatakan, televisi analog memanfaatkan frekuensi 700 MHz. Apabila sudah beralih ke digital, ruang kosong ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi 5G.

Rencananya, pemanfaatan dapat dilakukan mulai kuartal III 2021. “Kami membayangkan band 700 Mhz bisa dirilis walaupun ASO belum berakhir. Ini opsi pertama," ujar Ismail dalam acara virtual bertajuk ‘Indonesia 5G Roadmap & Digital Transformation’, Kamis (10/12).

Dalam Undang-undang atau UU Omnibus Law Cipta Kerja, migrasi televisi analog ke digital ditarget rampung pada 2022. Meski begitu, Ismail menyampaikan bahwa pemanfaatan ruang kosong frekuensi bekas televisi analog dapat berjalan selama proses migrasi.

"Daerah-daerah yang sudah bisa kami rilis untuk band 700MHz akan dilakukan secara perlahan. Dengan begitu, operator seluler yang menyiapkan jaringan untuk mendukung 5G, bisa membangun coverage band," kata Ismail.

Saat ini, siaran simulcast atau penyiaran analog dan digital secara bersamaan sudah berjalan di tujuh provinsi. “Ini akan terus berkembang sampai 244 digital televisi transmitor yang siap diimplementasikan oleh TVRI di seluruh Indonesia," ujar dia.

Oleh karena itu, ia optimitis ruang kosong pada frekuensi 700 Mhz bisa dimanfaatkan untuk 5G pada kuartal III 2021. “Kebutuhan data untuk 5G belum masif pada tahap awal. Memanfaatkan 700 Mhz akan menghemat pembangunan infrastruktur," ujar dia.

Meski begitu, butuh frekuensi tingkat menengah dan atas untuk menopang layanan 5G. Oleh karena itu, Kominfo menyiapkan kandidat lain sebagaimana Tabel di bawah ini:

LapisanSpektrum frekuensi
Rendah700/800/900 MHz
Tengah1,8 / 2,1 / 2,3 / 2,6 / 3,3 / 3,5 GHz
Atas26/28 GHz

Sumber: Kominfo

Sebelumnya, ia mengungkapkan empat tantangan pengembangan 5G di Indonesia. Pertama, fiberisasi kabel atau upaya memodernisasi jaringan dengan cara menghubungkan BTS melalui jalur fiber.

Untuk itu, perangkat BTS harus diperbarui. Selain itu, peranti pengirim sinyal gelombang mikro (microwave) pada kabel diubah menjadi fiber optik.

Tanpa fiberisasi, kecepatan internet dengan penerapan 5G tidak akan maksimal. “Akan terjadi perlambatan atau bottlenecking di jaringan masing-masing operator, sehingga masyarakat tidak memperoleh manfaat 5G secara maksimal,” katanya kepada Katadata.co.id, September lalu (29/9).

Ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama dari penerapan 2G hingga 4G. Oleh karena, infrastruktur termasuk jaringan fiber ingin dipersiapkan terlebih dulu sebelum menerapkan 5G. “Fiberisasi ini isu krusial,” kata dia.

Kedua, harmonisasi regulasi dengan pemerintah daerah (pemda). Utamanya, untuk memberikan kemudahan dan fleksibilitas lebih kepada operator telekomunikasi dalam mengakses tiang, saluran, dan gedung saat membangun jaringan 5G.

Ketiga, frekuensi. Terakhir, mengkaji ekosistem yang tepat untuk menggunakan 5G, salah satunya di kawasan industri.

Sedangkan Menteri Kominfo Johnny Plate mengatakan, pemerintah sudah menguji coba 5G terkait pembelajaran jarak jauh melalui interaksi holografik, operasi jarak jauh, internet of things (IoT) untuk kota pintar (smart city) dan kendaraan otonom saat Asian Games 2018.

Tahun ini, kementerian memfokuskan uji coba terkait kemungkinan koeksistensi antara jaringan 5G dan Fixed Satellite Service (FSS) untuk digunakan di pita 3,5 GHz. Ini salah satu langkah untuk mempercepat alokasi spektrum 5G.

Langkah itu dinilai penting untuk memenuhi kebutuhan spektrum frekuensi 2.047 MHz dalam pemanfaatan jaringan seluler broadband, baik 4G maupun 5G di semua lapisan pada 2024. “Sangat penting untuk menanam dan menumbuhkan kembali spektrum 5G ini,” ujar Johnny dalam acara virtual bertajuk ‘Indonesia 5G Roadmap & Digital Transformation’, Kamis (10/12).

Reporter: Antara