Beda Cara Biden dan Trump Tekan Raksasa Semikonduktor Tiongkok

ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque/File Foto
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, penasehat keamanan nasional AS John Bolton dan Presiden China Xi Jinping menghadiri jamuan makan malam setelah ktt pemimpin negara G20 di Buenos Aires, Argentina.
14/12/2020, 11.54 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana memasukkan raksasa semikonduktor Tiongkok, Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC) ke dalam daftar hitam (blacklist) perdagangan. Joe Biden diprediksi melanjutkan langkah ini saat menjabat, tetapi dengan cara berbeda.

Wakil presiden firma riset IDC, Bryan Ma mengatakan bahwa Biden menaruh perhatian atas kemajuan pengembangan teknologi di Tiongkok, termasuk semikonduktor. Berdasarkan laporan World Journal pada Oktober lalu, Biden menyatakan akan berfokus pada peningkatan daya saing AS jika terpilih menjadi presiden.

Namun, Biden memilih pendekatan baru yakni dengan menggaet sekutu. “Ini jika demi kepentingan AS,” kata Biden dalam laporan World Journal, dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Minggu (13/12).

Analis Center for Security and Emerging Technology di Georgetown University Will Hunt menilai, strategi menggaet sekutu kemungkinan lebih tepat sasaran dibandingkan cara Trump. Selama ini, politisi dari Partai Republik itu memasukkan sekitar 48 perusahaan Tiongkok ke dalam daftar hitam terkait perdagangan.

Trump dikabarkan akan memasukkan empat perusahaan Tiongkok ke daftar hitam terkait keamanan nasional. Mereka yakni SMIC, produsen minyak dan gas lepas pantai nasional CNOOC, China Construction Technology Co Ltd., dan China International Engineering Consulting Corp.

"Saya memperkirakan, AS berkolaborasi dengan Jepang dan Belanda untuk menekan Tiongkok, alih-alih kontrol yang lebih luas seperti selama beberapa tahun terakhir," kata Hunt.

Analis Economist Intelligence Unit Nick Marro sepakat bahwa cara tersebut lebih efektif, karena Tiongkok lemah dari sisi hubungan internasional terkait pengembangan semikonduktor. "Tiongkok memiliki hubungan yang buruk dengan Taiwan. Sedangkan dengan Jepang dan Korea Selatan relatif tegang. Uni Eropa pun meningkatkan pengawasan," katanya.

Sebelumnya, Washington Post melaporkan bahwa Biden akan bersikap tegas kepada Beijing. “Apabila Tiongkok menang, ia akan terus merampok teknologi dan kekayaan intelektual perusahaan AS," kata Biden, November lalu (14/11).

Perhatian Biden terhadap Tiongkok meningkat, karena negara ini mempercepat proses kemandirian dalam pengembangan teknologi. Tiongkok juga merencanakan swasembada semikonduktor sejak 2014.

Beijing merancang the National Integrated Circuit Plan dan berkomitmen investasi US$ 150 miliar untuk sektor manufaktur semikonduktor domestik. Ini untuk mendukung pengembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) hingga jaringan internet generasi kelima (5G).

“Industri cip berorientasi pasar dan padat bakat. Ini membutuhkan akumulasi teknologi,” kata analis semikonduktor di firma Riset Gartner Roger Sheng.

Pemerintah Negeri Panda pun berencana merilis cetak biru, China Standards 2035 pada tahun ini. Cetak biru yang disebut ‘hype’ itu merupakan bagian dari rencana besar Tiongkok mengembangkan teknologi skala dunia. China Standards 2035 akan menjabarkan rencana pemerintah dalam menetapkan standar global terkait teknologi generasi mendatang.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan