Jaringan internet generasi kelima atau 5G tersedia di Indonesia sejak akhir Mei. Setelah lima tahun atau pada 2026, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan mengevaluasi 4G.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Ahmad M Ramli mengatakan, kebutuhan internet masyarakat sebenarnya bisa terlayani dengan 4G. Teknologi internet ini juga dinilai mampu mendongkrak ekonomi digital Tanah Air.
Perangkat 4G di Indonesia pun banyak. Kominfo mencatat, setidaknya 96% pengguna ponsel pintar (smartphone) di Nusantara menggunakan gawai 4G. Hanya 16% yang masih memakai ponsel lawas (feature) atau berbasis 2G dan 3G.
"Kalau berdasarkan kebutuhan, saya melihat masyarakat masih akan bergerak ke 4G. Tapi kami akan evaluasi dalam lima tahun setelah 5G hadir," ujar Ramli dalam webinar Katadata dan DELL Technologies bertajuk ‘Menyambut 5G, Apa yang Perlu Dipersiapkan?’, Selasa (29/6).
Pemerintah juga masih menata spektrum 5G. "Frekuensi 5G perlu di-refarming terlebih dahulu, supaya tidak terburu-buru untuk off dari 4G," katanya.
Namun pemerintah bisa meninggalkan spektrum 2G dan 3G lebih cepat. “Mungkin bisa (ditinggalkan) meski masih ada 16% pengguna ponsel feature,” ujar Ramli.
Riset dari perusahaan analisis jaringan telekomunikasi, OpenSignal menyebutkan bahwa jaringan 4G masih dibutuhkan di Indonesia. Namun frekuensi 2G dan 3G dinilai perlu dihapus.
Dengan begitu, frekuensinya bisa digunakan untuk perluasan 4G atau pengembangan 5G, sehingga menjadi lebih efisien.
Namun, operator seluler di Indonesia saat ini masih bergantung pada pita frekuensi 900 MHz dan 1800 MHz untuk jaringan 2G dan 2100 MHz untuk jaringan 3G. "Ini karena masih digunakan untuk mendukung beberapa pengguna," kata OpenSignal, awal Juni (3/6).