Alibaba Buat Bisnis Pesan-Antar Makanan dan Wisata, Mirip Traveloka

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song
Logo Alibaba Group terlihat saat festival belanja global Singles' Day 11.11 Alibaba Group di kantor pusat perusahaan tersebut di Hangzhou, provinsi Zhejiang, Tiongkok, Senin (11/11/2019).
6/7/2021, 10.32 WIB

Alibaba berencana membuat lini bisnis baru yang berfokus pada layanan gaya hidup lokal seperti pesan-antar makanan dan wisata. Konsep ini mirip dengan Traveloka, yang juga memiliki Traveloka Eats.

CEO Alibaba Group Daniel Zhang mengatakan, lini usaha baru itu akan menyatukan tiga platform yakni bidang pemetaan AutoNavi, pesan-antar makanan Ele.me, dan perjalanan Fliggy. Grup bisnis baru ini berfokus pada layanan gaya hidup lokal.

Pada 2015, raksasa e-commerce itu mengakuisisi startup pemetaan AutoNavi. Perusahaan milik Jack Ma ini pun mempertimbangkan untuk mengintegrasikan lebih banyak layanan dengan aplikasi navigasi.

Kemudian Alibaba mengakuisisi seluruh saham Ele.me dengan total transaksi sekitar US$ 9,5 miliar atau Rp 130 triliun pada 2018. Lalu raksasa teknologi ini meluncurkan platform perjalanan online, Fliggy pada 2019.

Zhang mengatakan, pembentukan grup bisnis baru itu bertujuan menyiapkan strategi ritel baru. "Menghadapi masa depan yang tidak pasti, kami harus melangkah dengan percaya diri, dan merancang rencana selangkah demi selangkah untuk membuat organisasi lebih gesit," katanya dikutip dari KrAsia, Senin (5/7).

Strategi itu dilakukan di tengah ketatnya pengawasan pemerintah Tiongkok. Beijing melakukan investigasi terhadap Alibaba atas dugaan monopoli pada akhir tahun lalu.

Alibaba juga didenda Rp 40,9 triliun atau setara 4% dari pendapatan perusahaan pada 2019. Ini karena perusahaan dinilai melakukan praktik yang memaksa pedagang memilih salah satu dari dua platform, alih-alih dapat bekerja dengan keduanya.

"Kebijakan ini menghambat persaingan di pasar ritel online Tiongkok dan melanggar bisnis pedagang di platform dan hak serta kepentingan konsumen yang sah," kata Badan Regulasi Pasar Tiongkok (SAMR) dikutip dari CNBC Internasional, pada Maret (8/3).

Menurut SAMR, strategi bisnis seperti itu memungkinkan Alibaba meningkatkan posisinya di pasar dan mendapatkan keunggulan kompetitif yang tidak adil. Selain denda, regulator meminta Alibaba mengajukan pemeriksaan sendiri dan laporan kepatuhan ke SAMR selama tiga tahun.

Tekanan juga dialami oleh lini bisnis keuangan Alibaba, Ant Group. Otoritas meminta Ant Group menunda pencatatan saham perdana ke publik alias IPO pada November 2020. Raksasa fintech ini pun diminta mengubah bisnisnya, menjadi hanya berfokus pada layanan pembayaran digital.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan