Anak usaha SpaceX milik Elon Musk, Starlink berencana berinvestasi di Indonesia. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun mengkaji kesiapan aturan dan dampak investasi ini.
Starlink bergerak di bidang infrastruktur internet. Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini menyediakan ribuan satelit kecil yang dikirim secara massal ke orbit bumi pada posisi rendah.
Perusahaan itu memberikan akses internet kepada seluruh masyarakat dunia. Kini, Starlink berencana memperluas investasi ke Indonesia.
Oleh karena itu, “Kominfo mengkaji pihak penyedia yang berpotensi mendukung penyediaan layanan komunikasi dan internet di Indonesia, termasuk Starlink," kata juru bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi kepada Katadata.co.id, Rabu (21/7).
Kementerian pun menggandeng sejumlah penyelenggara telekomunikasi dan asosiasi. Beberapa di antaranya Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel), dan Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI).
Kominfo dan asosiasi menggelar Focus Group Discussion (FGD) yang membahas beberapa aspek investasi Starlink, seperti kesesuaian dengan regulasi, manfaat bagi industri, serta keamanan dan pertahanan nasional.
Kementerian juga aktif berkoordinasi dengan perwakilan Starlink. "Ini untuk mendapatkan informasi dan penjelasan yang lebih detail tentang investasi," kata Dedy.
Ketua Umum Apjatel Muhammad Arif menambahkan, anak usaha SpaceX itu berminat masuk ke pasar Indonesia sebagai penyedia telekomunikasi di Indonesia. Sepengetahuannya, “mereka masih mengurus izin," katanya. Salah satunya, mengurus hak labuh.
Arif menilai, masuknya Starlink ke pasar Indonesia akan mengubah peta bisnis telekomunikasi Tanah Air. "Pasti ada perubahan meskipun tidak serta merta," ujar Arif.
Perubahan peta bisnis akan banyak terasa pada segmen pasar satelit. Sebab, satelit Starlink mengoperasikan satelit dengan orbit rendah alias Low Earth Orbit Satellite (LEO). Sedangkan, segmen kabel tidak akan terlalu terkena dampak.
Pendiri SpaceX Elon Musk memang berencana berinvestasi setidaknya US$ 5 miliar -US$ 10 miliar di Starlink tahun ini. Ini untuk menyebarkan ribuan satelit orbit rendah dan menyediakan internet berkecepatan tinggi ke daerah-daerah yang terisolasi dan tidak terhubung dengan baik.
Starlink berencana mengerahkan lebih dari 1.500 satelit secara global. Dengan begitu, infrastruktur internet Starlink bisa mencakup seluruh dunia kecuali Kutub Utara dan Selatan per bulan depan.
Meski begitu, secara komersial, layanan Starlink belum sampai di Indonesia. Berdasarkan situs resmi, perusahaan akan menyediakan layanan pada 2022. Ini bergantung pada regulasi di masing-masing negara.
Pada April lalu, Starlink memilih salah satu perusahaan Indonesia untuk menguji coba satelit. Perusahaan yang dimaksud yakni Delameta Bilano.
Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi sistem transportasi itu berencana berkolaborasi dengan Starlink melalui skema produksi peralatan sistem kontrol.