Miliarder Tiongkok yang merupakan CEO Tencent, Pony Ma telah kehilangan US$ 14 miliar atau Rp 200 triliun dalam sembilan bulan terakhir. Anjloknya kekayaan Pony Ma seiring dengan pengetatan regulasi pemerintah Tiongkok terkait denda anti-monopoli.
Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index, kekayaan Pony Ma kini mencapai US$ 45,8 miliar atau Rp 656 triliun pada Selasa (3/8). "Turun US$ 14 miliar sejak November 2020," demikian dikutip dari Bloomberg pada Rabu (4/8).
Pony Ma pun kini menempati urutan ketiga dalam daftar orang kaya di Tiongkok. Posisinya ada di belakang pendiri Alibaba Jack Ma, yang memiliki kekayaan bersih US$ 47,8 miliar atau Rp 685 triliun.
Kekayaan Pony Ma anjlok seiring tekanan regulasi dari pemerintah Tiongkok terhadap perusahaan teknologi. Meskipun Pony Ma telah lama memiliki reputasi yang baik di mata pemerintah Tiongkok, namun hal itu tidak melindungi perusahaannya dari berbagai denda anti-monopoli.
Pada akhir Juli lalu misalnya, Badan Regulasi Pasar Tiongkok (SAMR) mendenda Tencent 500 ribu yuan atau US$ 77.150 (Rp 1,1 miliar), karena melanggar aturan terkait monopoli. SAMR juga mencabut perjanjian hak eksklusif pengembang gim PUBG itu di industri musik.
Beijing beberapa kali juga mendenda anak usaha Tencent terkait monopoli. Beberapa di antaranya pengembang aplikasi pendidikan Yuanfudao sebesar Rp 5 miliar, e-book China Literature Rp 1 miliar, dan bidang kebutuhan pokok Shixianghui.
Pemerintah Tiongkok memang mengeluarkan aturan ketat terkait anti-monopoli baru sejak November 2020. Tujuannya, mengikis praktik monopoli perusahaan teknologi.
Selain karena diserang berbagai denda, saham Tencent pun mengalami penurunan harian yang besar. Beberapa waktu lalu, saham Tencent anjlok karena serangan media terhadap isu gim yang menjadi bisnis utama perusahaan. Gim dianggap sebagai candu di Tiongkok.
Padahal, bisnis pengembang gim PUBG itu sedang moncer selama pandemi Covid-19. Tencent mencatatkan peningkatan laba hingga 65% dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Tencent membukukan laba 47,77 miliar yuan atau US$ 7,42 miliar (Rp 106,5 triliun) dalam kurun waktu tiga bulan hingga Maret. Sedangkan, pendapatan Tencent juga naik 25% menjadi 135,3 miliar yuan atau US$ 21 miliar (Rp 301 triliun).
Presiden Tencent Martin Lau mengatakan lonjakan laba dan pendapatan Tencent pada kuartal pertama tahun ini terdorong moncernya kinerja lini bisnis gim. "Kami melihat perluasan dalam hal pengguna gim," kata Lau dikutip dari South China Morning Post, Mei lalu (20/5).
Namun, analis memperkirakan keuntungan tersebut hanya sementara. Ketika sekolah dan kantor dibuka kembali di tengah pelonggaran pembatasan secara bertahap, maka waktu bermain gim akan berkurang. Terlebih lagi, pemulihan ekonomi yang berkepanjangan kemungkinan akan membuat konsumen berhemat.
“Dengan kurangnya rilis game baru yang besar sejauh ini, mungkin akan menyebabkan penurunan pertumbuhan pada kuartal ini dibandingkan dengan kuartal pertama,” kata analis riset senior di Omdia, Cui Chenyu, dikutip dari Forbes, Mei lalu (14/5)