Huawei gencar menyasar pasar negara berkembang, termasuk Indonesia dan di Afrika. Ini dilakukan setelah bisnis solusi telekomunikasi perusahaan Tiongkok ini tertekan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Nikkei Asian Review melaporkan, Huawei saat ini gencar menawarkan solusi telekomunikasi dan sistem terkait ke banyak negara di Afrika. Pada Juni misalnya, raksasa teknologi ini membangun pusat data (data center) 70 juta euro atau US$ 83 juta di Senegal.
Media lokal di Senegal mencatat bahwa data dari setiap provinsi di negara Afrika Barat itu akan melalui pusat data baru.
Huawei juga memasok sistem yang menggabungkan stasiun pangkalan internet 4G dan kamera keamanan di Kenya. Solusi ini diklaim mengurangi kejahatan.
Namun, sempat ada kekhawatiran bahwa Huawei dapat memperoleh data pribadi dari rekaman kamera keamanan tersebut.
Huawei juga menyasar pasar Timur Tengah. Perusahaan Tiongkok ini terlibat dalam pembangunan infrastruktur internet generasi kelima alias 5G di Dubai, Uni Emirat Arab. Selain itu, menyediakan solusi teknologi kota pintar atau smart city.
Raksasa asal Cina itu gencar menunjukkan dominasi di Afrika dan Timur Tengah. Permintaan disebut terus mengalir karena solusi dan perlatan Huawei diklaim 20% - 30% lebih murah daripada Ericsson dan Nokia.
Huawei juga menyasar pasar Asia Tenggara. Raksasa teknologi ini bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi AIS di Thailand, Maxis Malaysia, Globe Telecom di Filipina, dan di Kamboja.
Di Indonesia, Huawei bekerja sama dengan Kantor Staf Presiden (KSP) untuk mengembangkan 100 ribu sumber daya manusia (SDM) selama lima tahun.
Pada September 2020, produsen ponsel pintar (smartphone) itu pun berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melatih 400 lebih pegawai. Ini meliputi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI), komputasi awan (cloud computing), 5G, dan maha data (big data).
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) juga menggaet Huawei untuk menerapkan AI di Nusantara pada April lalu. Ini seiring dengan upaya kementerian membuat strategi nasional AI.
Strategi Huawei menyasar pasar negara berkembang dilakukan seiring dengan tekanan AS dan Eropa. "Operasi di luar negeri Huawei telah rentan karena hubungan AS-Tiongkok dan situasi internasional,” kata analis di perusahaan sekuritas CSC International Holdings Tianfan Li dikutip dari Nikkei Asian Review, Kamis (19/8).
Huawei masuk daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan di AS pada awal 2019. Solusi 5G raksasa teknologi ini juga diblokir di Inggris.
Disusul Jerman yang sepakat melarang penggunaan solusi jaringan 5G Huawei. Lalu, Italia berencana mengikuti saran AS terkait Huawei.
Sejak tahun lalu, AS mendesak Italia untuk mempertimbangkan risiko pengembangan 5G jika memakai jasa Huawei. Alasannya, Huawei dianggap terikat dengan Partai Komunis Tiongkok sehingga dinilai membahayakan keamananan serta privasi pengguna.
Pada 2018, Australia juga memutuskan untuk mengecualikan Huawei dan ZTE dari partisipasi pembangunan jaringan 5G. Hal ini karena persoalan keamanan.