Cina meminta Ant Group untuk menunda pencatatan saham perdana alias IPO pada November 2020. Kini, perusahaan afiliasi Alibaba itu menggaet perusahaan yang didukung pemerintah dan bersiap IPO.
Ant Group berencana membuat unit bisnis layanan penilaian kredit (credit scoring) sebelum IPO. Fintech besutan Jack Ma ini pun menggandeng perusahaan yang didukung pemerintah untuk patungan saham.
"Perusahaan-perusahaan yang didukung oleh negara kini akan mengambil saham yang cukup besar di Ant Group untuk pertama kalinya," kata tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters, Rabu (1/9).
Unit bisnis credit scoring itu bernama JV. Sedangkan perusahaan yang didukung Cina yang digaet oleh Ant Group yakni Hangzhou Finance and Investment Group, serta Zhejiang Electronic Port.
Ant Group dan perusahaan investasi Zhejiang Tourism Investment Group Co Ltd masing-masing akan memiliki 35% saham. Sedangkan Hangzhou Finance and Investment Group dan Zhejiang Electronic Port masing-masing mempunyai 5%.
Kemudian, perusahaan yang tidak terafiliasi dengan Cina, yaitu Transfar Group akan memiliki 7% saham.
JV akan mulai beroperasi pada awal Oktober. Layanan JV yakni mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data konsumen untuk memberikan skor kredit pelanggan. JV juga menangani operasi data bisnis Ant Group.
Sumber Reuters mengatakan bahwa rencana Ant Group mendirikan lini bisnis baru merupakan bagian dari restrukturisasi. Sebab, regulator bidang keuangan Tiongkok sebelumnya meminta Ant Group merombak bisnis.
Pada Februari, Ant Group setuju untuk merombak bisnis. Perusahaan afiliasi Alibaba ini bakal menjadi perusahaan induk yang dapat diatur seperti bank.
Selain itu, langkah Ant Group mengajak perusahaan yang didukung Cina merupakan cara agar bisa lepas dari tekanan Beijing. "Ini bisa menghidupkan kembali (rencana) IPO," demikian dikutip dari Reuters.
Bagian dari Alibaba itu memang berencana IPO lagi setelah tertunda pada akhir tahun lalu. Saat itu, Ant Group diperkirakan meraup dana segar US$ 37 miliar atau setara Rp 536,5 triliun jika jadi IPO. Nilainya mengalahkan rekor Saudi Aramco US$ 29,4 miliar atau Rp 426,3 triliun di bursa Riyadh pada Desember 2019.
Namun, IPO itu gagal setelah pendiri Ant Group Jack Ma dipanggil pemerintah Tiongkok pada November 2020. Kini, perusahaan bersiap untuk IPO.
Direktur non-eksekutif independen Ant Group Fred Hu mengatakan, perusahaan seharusnya secara cepat merencanakan IPO. "Ini tidak akan terlalu lama," katanya dikutip dari Nikkei Asian Review, Kamis (22/7).
Apalagi, perusahaan memiliki modal yang cukup untuk mendukung operasional. "Saya yakin perusahaan sangat siap untuk IPO," ujarnya.
Fred Hu, yang juga pendiri perusahaan investasi Primavera Capital Group mengatakan bahwa prospek Ant Group masih besar, meskipun ditekan pemerintah Tiongkok.
“Ant Group memimpin pasar fintech di Tiongkok dan terbesar secara global. Ant Group juga masih menguntungkan,” kata Fred Hu.