Pendapatan Huawei anjlok hampir 30% pada paruh pertama tahun ini, setelah dua tahun diblokir oleh Amerika Serikat (AS). Raksasa teknologi asal Cina itu pun mengembangkan rumah sakit pintar berbasis teknologi internet generasi kelima alias 5G dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Huawei menggaet sejumlah rumah sakit di Cina, salah satunya Rumah Sakit Umum Provinsi Guangdong. Sehari setelah Direktur Keuangan Huawei Meng Wanzhou kembali ke Cina, perusahaan menggelar tur media untuk menunjukkan bagaimana teknologinya dapat melayani industri kesehatan.
Dalam tur tersebut, Huawei memamerkan teknologi yang memungkinkan ambulans diubah menjadi rumah sakit darurat. Meski dalam bentuk kendaraan, rumah sakit ini mempunyai kemampuan pemindaian tomografi komputer (CT) pintar dan mesin elektrokardiogram yang dapat memeriksa diagnosis secara instan.
Rumah sakit itu juga bisa mengumpulkan informasi yang dapat dikirimkan ke pusat data secara real-time. Huawei mengandalkan 5G untuk mengolah data secara cepat.
Selain itu, teknologi Huawei memungkinkan adanya sensor dan perangkat di seluruh bangsal yang bisa digunakan untuk mengirim peringatan ke jam tangan pintar perawat. Melalui jam itu, perawat bisa memperoleh informasi seperti ketika pasien jatuh atau cairan infus pasien mengalami gangguan.
Rumah sakit juga mengandalkan robot berbasis AI yang terhubung ke jaringan untuk mendisinfeksi fasilitas dan mengirimkan obat-obatan.
Chief technology officer Huawei Carrier Business Group Paul Scanlan mengatakan, teknologi yang Huawei miliki mempunyai kekuatan untuk mengubah industri kesehatan. "Huawei melihat peluang itu," katanya dikutip dari South China Morning Post, Kamis (30/9).
Ia juga mengatakan, upaya Huawei mengembangkan layanan rumah sakit pintar untuk mendongkrak pendapatan. "Jika pasar konsumen sangat jenuh, kemudian kami masuk mengembangkan lini bisnis 5G," kata Scanlan.
Pendapatan Huawei memang turun 29,4% menjadi 320,4 miliar yuan atau sekitar Rp 712,6 triliun pada paruh pertama tahun ini. Penurunan paling besar terjadi di lini bisnis konsumen yang mencakup ponsel, yakni anjlok 47% menjadi 135,7 miliar yuan.
Rotating Chairmen Huawei Eric Xu Zhijun mengatakan bahwa anjloknya pendapatan masih disebabkan oleh tekanan AS. Menurutnya, sanksi AS telah merugikan perusahaan setidaknya US$ 30 miliar per tahun.
Selain rumah sakit pintar, Huawei merambah bisnis lain, seperti peternakan babi dan komputasi awan (cloud). Huawei juga dikabarkan merambah mobil listrik dan meluncurkan produknya dengan harga 300 ribu yuan atau US$ 46 ribu (Rp 663,6 juta).