CEO Facebook Mark Zuckerberg membantah kesaksian pelapor dokumen tersembunyi yang juga mantan karyawannya Frances Haugen. Menurut Mark, tidak masuk akal jika Facebook mencari keuntungan dari konten ujaran kebencian (hate speech).
Tanggapan Zuckerberg ini muncul setelah Haugen bersaksi kepada senator AS di Capitol Hill. Haugen mengatakan perusahaan raksasa teknologi itu memanfaatkan algoritmanya untuk menghasilkan banyak konten ujaran kebencian yang disukai pengguna.
"Argumen bahwa kami dengan sengaja mendorong konten ujaran kebencian demi keuntungan sangat tidak masuk akal," kata Zuckerberg dalam sebuah posting blog dikutip dari The Guardian pada Rabu (6/10).
Zuckerberg mengatakan, selama ini perusahaan telah memerangi konten berbahaya seperti ujaran kebencian. "Kami mempekerjakan lebih banyak orang yang berdedikasi untuk ini (memerangi ujaran kebencian) daripada (platform) yang lain," katanya.
Zuckerberg juga membantah tudingan Haugen terkait penggunaan algoritma agar platform terus menerus menghasilkan konten ujaran kebencian. Zuckerberg mengatakan perubahan algoritma Facebook pada 2018 diterapkan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan.
"Ini menunjukkan lebih sedikit video viral dan lebih banyak konten dari teman dan keluarga," katanya.
Zuckerberg juga membantah tuduhan bahwa Facebook menyembunyikan dokumen dampak media sosial. Menurutnya, raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) itu telah menetapkan standar industri terkemuka untuk transparansi dan pelaporan. Alhasil, menurutnya tidak mungkin suatu dokumen disembunyikan.
Sebelumnya, Haugen mengklaim algoritma akan mendesain sedemikian rupa guna mendorong keterlibatan orang di platform tersebut. Berdasarkan analisis perusahaan, keterlibatan yang paling banyak terjadi adalah menanamkan rasa takut dan benci pada pengguna. Seiring berjalannya waktu, algoritma yang berjalan di Facebook juga mengarah pada konten kemarahan dan kebencian.
"Facebook lebih memilih untuk mengoptimalkan kepentingannya sendiri, seperti menghasilkan lebih banyak uang," kata Haugen dikutip dari The Verge pada Senin (4/10).
Haugen juga yakin Zuckerberg membiarkan konten ujaran kebencian berseliweran di platform. "Ia (Zuckerberg) tidak pernah membuat platform kebencian, tetapi dia telah membiarkan pilihan itu dibuat," katanya.
Menurutnya, Facebook dan Zuckerberg membiarkan konten ujaran kebencian berseliweran di platform karena perusahaan akan mendapatkan untung. "Konten yang penuh kebencian dan polarisasi akan mendapatkan lebih banyak distribusi dan lebih banyak jangkauan," katanya.
Haugen merupakan mantan manajer produk di Facebook yang bertugas pada bagian Integritas Kewarganegaraan atau Civic Integrity. Ia kemudian memilih meninggalkan Facebook pada 2021 setelah pembubaran Civic Integrity.
Ia juga merupakan pelapor dokumen rahasia Facebook ke Wall Street Journal, media yang menerbitkan investigasi masalah Facebook dalam menjaga konten dari efek negatif dan misinformasi.
Dokumen itu mengungkap bahwa ada banyak dampak buruk Facebook bagi remaja. Bahkan, 13% anak muda di Inggris dan 6% di AS berpikir untuk bunuh diri. Sebanyak 32% remaja perempuan mengatakan, ketika mereka merasa buruk tentang tubuh mereka, platform Instagram besutan Facebook membuatnya lebih buruk.
Tak hanya itu, Haugen mengajukan setidaknya delapan keluhan kepada Securities and Exchange Commission di AS terkait Facebook. Ia menuduh Facebook menyembunyikan penelitian tentang kekurangannya dari investor dan publik.