Instagram akan memperkenalkan beberapa langkah dan fitur baru untuk menjauhkan remaja dari konten berbahaya. Ini dilakukan setelah induk usaha, Facebook disebut membiarkan konten ujaran kebencian untuk meraup keuntungan.
“Kami akan memperkenalkan sesuatu yang menurut saya akan membuat perbedaan besar. Sistem kami melihat bahwa remaja melihat konten yang sama berulang-ulang, dan konten itu mungkin tidak kondusif bagi kesejahteraan mereka,” kata Wakil Presiden Urusan Global Facebook Nick Clegg dikutip dari The Verge, Minggu (11/10).
Oleh karena itu, Facebook berencana mendorong pengguna remaja melihat konten lain. Salah satunya, perusahaan media sosial ini berencana meluncurkan fitur ‘Take a Break’ “Kami akan mendorong remaja untuk beristirahat sejenak dari menggunakan Instagram,” katanya.
Facebook juga menghentikan sementara pengembangan platform Instagram Kids. Selain itu, memberikan kontrol opsional kepada orang tua untuk mengawasi remaja.
Pernyataan itu disampaikan dalam acara State of the Union CNN, kurang dari seminggu setelah pelapor Frances Haugen bersaksi di depan Kongres Amerika Serikat (AS) tentang penelitian internal yang menunjukkan Instagram dapat memiliki efek negatif bagi kesehatan mental anak muda. Haugen merupakan mantan manajer produk Facebook.
Juru bicara Facebook menyampaikan, fitur ‘Take a Break’ belum diuji. “Tetapi akan segera diuji’” kata dia.
Ia menunjukkan unggahan Kepala Instagram Adam Mosseri di blog resmi pada akhir bulan lalu (27/9). Saat itu, Adam menyampaikan bahwa perusahaan sedang menjajaki dua ide baru.
Pertama, mendorong pengguna untuk melihat topik lain. Kedua, fitur yang sementara disebut ‘Take a Break’. “Orang dapat menempatkan akun mereka pada jeda dan meluangkan waktu sejenak untuk mempertimbangkan apakah waktu yang mereka habiskan bermakna,” kata Adam.
Pekan lalu, Haugen mengungkapkan bahwa raksasa teknologi itu memanfaatkan algoritme untuk menghasilkan banyak konten ujaran kebencian yang disukai oleh pengguna. Ia mengklaim, algoritme yang diluncurkan pada 2018 itu mengatur konten yang dilihat oleh pengguna pada platform yang dikelola Facebook.
Algoritme akan mendesain sedemikian rupa guna mendorong keterlibatan orang di platform tersebut. Berdasarkan analisis perusahaan, keterlibatan yang paling banyak terjadi adalah menanamkan rasa takut dan benci pada pengguna.
Menurut Haugen, seiring berjalannya waktu, algoritme yang berjalan di Facebook juga mengarah pada konten kemarahan dan kebencian. Konten-konten yang banyak dibagikan oleh pengguna antara lain informasi yang salah, toksisitas, dan konten kekerasan.
Di depan publik, Facebook acap kali mengatakan akan menginvestasikan dana untuk menjaga konten dari ujaran kebencian. Namun, Haugen tidak meyakini pernyataan itu. "Facebook lebih memilih untuk mengoptimalkan kepentingan sendiri, seperti menghasilkan lebih banyak uang," katanya, pekan lalu (4/10).
Haugen juga yakin bahwa CEO Facebook Mark Zuckerberg membiarkan konten ujaran kebencian berseliweran di platform. "Ia (Zuckerberg) tidak pernah membuat platform kebencian, tetapi dia telah membiarkan pilihan itu dibuat," katanya.
Menurutnya, Facebook dan Zuckerberg membiarkan konten ujaran kebencian berseliweran di platform karena perusahaan akan mendapatkan untung. "Konten yang penuh kebencian dan polarisasi akan mendapatkan lebih banyak distribusi dan lebih banyak jangkauan," katanya.
Ia juga merupakan pelapor dokumen rahasia Facebook ke Wall Street Journal, media yang menerbitkan investigasi masalah Facebook dalam menjaga konten dari efek negatif dan misinformasi.
Haugen mengajukan setidaknya delapan keluhan kepada Securities and Exchange Commission di AS terkait Facebook. Ia menuduh Facebook menyembunyikan penelitian tentang kekurangannya dari investor dan publik.
Facebook menyangkal tuduhan Haugen. Juru bicara Facebook Lena Pietsch menyebut banyaknya klaim menyesatkan dan berpendapat bahwa Facebook lebih banyak memberi manfaat daripada merugikan.
"Setiap hari tim kami harus melindungi miliaran orang untuk mengekspresikan diri mereka secara terbuka," kata Lena dikutip dari CNN Internasional.