Perusahaan di Amerika Serikat (AS), Cina, dan Korea Selatan beralih ke metaverse atau dunia virtual. Indonesia juga mulai merambah teknologi ini.
WIR Group, perusahaan teknologi augmented reality (AR) asal Indonesia, masuk daftar “Metaverse Companies to Watch in 2022” versi majalah bisnis internasional Forbes GE. Daftar ini termasuk Apple, Microsoft, dan Facebook yang baru berganti nama menjadi Meta.
Pada laman Forbes, WIR menghadirkan pengalaman metaverse kepada konsumen bahkan sebelum dunia virtual itu sendiri sepenuhnya terbentuk. Perusahaan yang berdiri pada 2009 ini disebut menjadi perusahaan solusi dan eksekusi AR dan virtual reality (VR) terkemuka di Asia Tenggara.
Perusahaan dinilai sudah memastikan bahwa solusi mereka sangat relevan dan dapat diterapkan untuk pengguna saat ini. “Ini sebagai cara untuk mulai mengedukasi potensi teknologi sedini mungkin, menyelesaikan berbagai proyek realitas campuran di lebih dari 20 negara termasuk Online to Offline (O2O) platform,” demikian dikutip dari Forbes, Kamis (11/11).
WIR merupakan singkatan dari We Indonesians Rock, Rise and Rule. Perusahaan ini memproduksi programming dan inovasi teknologi AR ke lebih dari 20 negara. Itu dengan bimbingan dari Kementerian Kominfo serta kemitraan dengan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Perusahaan memiliki lima paten global terkait AR dan terdaftar di nasional maupun PCT yang mencakup 153 negara. WIR diminta berpartisipasi oleh Kementerian Investasi untuk mewakili Indonesia di ajang dunia, antara lain di side event World Economic Forum di Davos 2019 dan 2020.
"Kami bangga bahwa WIR sebagai perusahaan Indonesia mendapatkan pengakuan internasional ini. Kami juga terus berkoordinasi dengan mereka untuk saling memutakhirkan perihal perkembangan dari sisi inovasi dan tentunya regulasi,” ujar Menteri Kominfo Johnny G Plate dalam siaran pers, Kamis (11/11).
Perkembangan Dunia Virtual di Indonesia
Selain WIR, ada beberapa startup yang mengembangkan layanan virtual. Perusahaan rintisan direct to consumer (DTC) di bidang busana (fashion), Kasual berencana menggunakan teknologi augmented reality (AR) untuk membuat pengukuran tubuh secara 3D atau tiga dimensi.
Rencana itu dikembangkan setelah Kasual meraih pendanaan tahap awal (seed funding) yang dipimpin oleh East Ventures pekan ini. “Saat ini pelanggan belum memiliki platform yang dapat diandalkan untuk mendapatkan produk fashion yang dipersonalisasi secara instan,” kata Co-Founder sekaligus CEO Kasual Alam Akbar dalam siaran pers, Rabu (9/11).
Solusi pengukuran tubuh berbasis teknologi 3D akan diperkenalkan dalam acara tahunan Kasual, Custom Week 2021 pada 17-19 Desember di Jakarta. Pengunjung dapat melakukan pesanan busana kustomisasi secara instan dan akurat menggunakan pemindai tubuh elektronik.
Kasual menawarkan solusi manufaktur dalam aplikasi bagi pelanggan untuk memesan celana pria yang bisa dipersonalisasi, atau disebut Build Your Own Product (BYOP). Pelanggan dapat memilih jenis potongan dan ukuran yang disesuaikan dengan preferensi mereka.
Platform Kasual juga memungkinkan virtual fitting, sehingga pelanggan dapat berkonsultasi langsung dengan tim ahli melalui panggilan video (video call) terkait pengukuran, fitting yang dipersonalisasi, dan rekomendasi produk.
Perusahaan e-commerce, JD.ID membuka toko virtual tanpa kasir yang disebut JD X-Mart di Jakarta pada 2018. Induknya yakni JD.Com lebih dulu mengembangkan gerai digital di Cina.
Pada tahun yang sama, JD.ID membuat supermarket virtual bernama JD.ID Virtual. Alat seperti vending machine pun diletakan di Stasiun Sudirman, Stasiun Sudimara, Stasiun Juanda, Stasiun Gondangdia, Stasiun Cikini, Stasiun Tebet, Stasiun Pasar Minggu, dan Stasiun Depok Baru.
Kemudian JD.ID mengembangkan JD.ID Virtual Market di ruang kerja bersama atau co-working space vOffice pada 2019. Tahun ini, perusahaan e-commerce itu membangun toko yang berfokus pada produk gaya hidup (lifestyle) dan diberi nama YOJI.
Jokowi Terapkan Teknologi Virtual