Kominfo Ungkap 10 Pekerjaan Paling Dicari Bidang Digital di Indonesia

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/rwa.
Sejumlah pembuat animasi berdiskusi untuk mengembangkan karyanya di Laboratorium Animasi Nusantara di Malang, Jawa Timur, Kamis (26/7/2021).
Penulis: Desy Setyowati
9/12/2021, 11.18 WIB

Permintaan pekerja berubah seiring revolusi industri 4.0. Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G PLATE pun mengungkapkan 10 jenis pekerjaan yang mengalami peningkatan permintaan di Indonesia tahun ini.

Data terkait 10 jenis pekerjaan yang paling dicari itu tertuang dalam laporan  World Economic Forum Tahun 2021 bertajuk The Future of Job. Profesi itu di antaranya:

  1. Data analyst and scientist
  2. Big data specialist
  3. Artificial intelligence dan machine learning specialist
  4. Digital marketing and strategy specialist
  5. Renewable energy engineer
  6. Process automation specialist
  7. Internet of things (IoT) specialist
  8. Digital transformation specialist
  9. Business services and administration manager
  10. Business development professional

Berdasarkan data marketplace pencarian kerja, Ekrut pada 2020, ada kenaikan permintaan SDM di bidang teknologi informasi. Rinciannya sebagai berikut:

  1. Kebutuhan data analyst dan scientists naik 76,59%
  2. Kebutuhan tenaga pemasaran merek 66%
  3. Kebutuhan perencana strategi 62,78%
  4. Kebutuhan full stack engineer 50,85%
  5. Kebutuhan tenaga keamanan siber 23,91%

Johnny berharap, lulusan Sekolah Tinggi Multi Media (STMM) atau MMTC Yogyakarta yang diresmikan sebagai Institut Digital Nasional University, mampu merespons tren pekerjaan baru.

“Caranya, mempersiapkan sumber daya yang padu dengan kebutuhan sumber daya manusia nasional di era digital ini,” ujar Johnny dalam orasi ilmiah Wisuda STMM 2021 secara virtual dari Jakarta, dikutip dari keterangan pers, Rabu (08/12).

Ia juga mendorong STMM mengembangkan kolaborasi dengan perguruan tinggi nasional dan global terkemuka.

Persiapan dari sisi talenta digital itu diperlukan karena riset McKinsey dan Bank Dunia menunjukkan, Indonesia membutuhkan sekitar sembilan juta talenta digital selama 2015 hingga 2030. Ini artinya, ada kebutuhan 600 ribu tenaga ahli di bidang siber per tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan itu, Kominfo menggelar pelatihan dalam tiga tingkatan. Pertama, untuk tingkat paling dasar berupa literasi digital. Ini bertujuan meningkatkan kemampuan dasar digital masyarakat agar mereka tidak mudah terpengaruh konten negatif.

Itu diwujudkan dalam Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi yang 12,4 juta peserta per tahun.

Kedua, pada tingkat menengah, Kominfo menyiapkan program Digital Talent Scholarship. Ini untuk mahasiswa, masyarakat umum, profesional, guru dan siswa Sekolah Menengah Kejuruan hingga aparatur sipil negara.

Melalui program itu, Kominfo ingin menambah keterampilan dan daya saing, terutama untuk tingkat teknis. Tahun ini, pemerintah menargetkan 100 ribu lulusan Digital Talent Scholarship.

Kementerian menyiapkan sekitar 103 tema dalam Digital Talent Scholarship. Beberapa di antaranya big data analytics, keamanan siber, kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI), Augmented Reality (AR), dan Virtual Reality (VR).

Kominfo pun menggandeng Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), pemerintah daerah, perguruan tinggi dan politeknik, hingga lembaga swasta.

Ketiga, pelatihan Digital Leadership Academy untuk tingkat mahir seperti pimpinan aparatur sipil negara (ASN) dan swasta. Ini digelar pada Agustus hingga November, dengan kuota terbatas 300 peserta.

Pengajar dalam pelatihan itu berasal dari National University of Singapore, Tsinghua University dan Harvard Kennedy School, Harvard University.