Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Rotating Chairman Huawei Guo Ping pada Rabu (8/12). Keduanya membahas hubungan erat antara Indonesia dan Huawei di bidang transformasi digital.
Transformasi digital yang dimaksud termasuk inisiatif pengembangan digitalisasi, 5G, kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI), dan energi terbarukan.
Luhut mengapresiasi Huawei dalam membangun infrastruktur dan ekosistem digital di Indonesia lebih dari 21 tahun. Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah tengah menyiapkan beberapa proyek strategis yang menyertakan pengembangan energi terbarukan dan pendayagunaan teknologi cerdas.
“Seiring bergeraknya Indonesia ke arah pembangunan berkelanjutan dan smart future, kami ingin mengundang Huawei sebagai pakar yang sangat menguasai di bidangnya, berpartisipasi dalam sektor-sektor tersebut,” kata Luhut dalam keterangan resmi, Kamis (9/12).
Dalam pertemuan itu, Luhut sempat berkunjung ke kampus Huawei di Shenzhen dan Dongguan. Ia didampingi oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
Pada Juli, pemerintah Indonesia menargetkan untuk mencapai niremisi karbon pada 2060, atau satu dekade lebih cepat dibandingkan estimasi sebelumnya. Selain itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan digitalisasi sebagai prioritas utama pembangunan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi digital dan mempercepat perkembangan sektor industri berteknologi tinggi.
Guo Ping mengatakan, Indonesia diberkati dengan berbagai potensi untuk menjadi industri berteknologi tinggi. Ia menyatakan, perusahaan akan berfokus pada inovasi teknologi dan berusaha maksimal untuk mendukung Indonesia dalam membangun infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang kokoh.
Selain itu, menyukseskan digitalisasi lewat penerapan teknologi digital mutakhir, seperti 5G, AI, komputasi awan (cloud), dan Internet of Things (IoT).
“Di samping menunjang transformasi digital di Indonesia, Huawei berkontribusi untuk transformasi hijau dan pengembangan energi terbarukan melalui teknologi digital,” ujar Guo Ping.
Huawei memperkirakan, jangka waktu 30 hingga 40 tahun ke depan, teknologi berbasis kecerdasan dan rendah karbon makin banyak diadopsi. Teknologi digital diperlukan untuk meningkatkan kecerdasan, sementara elektronika daya (power electronics) bertujuan mengurangi jejak karbon.
Di tatanan global, industri energi akan lebih berorientasi kepada pemanfaatan teknologi termutakhir. Ini bertujuan menciptakan efisiensi, alih-alih mengandalkan sepenuhnya kepada ketersediaan sumber daya dengan segala keterbatasannya.
Ia mengklaim, pengembangan talenta digital merupakan salah satu kontribusi utama Huawei. Pada 2020, perusahaan asal Cina ini meluncurkan program pengembangan talenta digital bekerja sama dengan Kantor Staf Presiden (KSP).
Program itu bertujuan mengembangkan 100 ribu talenta digital dalam jangka lima tahun. Dalam dua tahun pertama berjalannya program, Huawei telah merealisasikan separuh dari keseluruhan target.
Selain itu, Huawei berperan dalam mendukung pemerintah Indonesia melawan pandemi Covid-19. Caranya, membangun infrastruktur telekomunikasi darurat untuk zona karantina, penyediaan teknologi WIFI6 untuk layanan kesehatan jarak jauh hingga penggunaan solusi cloud dan AI Huawei guna mempercepat diagnosis pasien Covid-19.
Raksasa teknologi Tiongkok itu juga memfasilitasi transformasi digital dan pembelajaran jarak jauh dengan menyediakan akun Huawei Cloud kepada 500 perguruan tinggi. Selain itu, mendukung UMKM bertransformasi digital.