Koperasi dan pengolah kopi yang berbasis di Indonesia, Alko Sumatra Kopi (ALKO) berkolaborasi dengan perusahaan asal Jepang Emurgo dalam mengembangkan teknologi blockchain untuk mengekspor 100 ton kopi ke Cina. Teknologi ini dianggap mampu melacak rantai pasok dan memberikan transparansi otentikasi kopi ke konsumen.
ALKO mengandalkan solusi blockchain dari Emurgo bernama Emurgo Trace. Teknologi ini diklaim mampu melacak rantai pasok produk secara efisien, transparan, dan real-time.
Beragam informasi mengenai asal usul kopi, tanggal pemrosesan, informasi pengiriman, dan data relevan lainnya dimasukkan secara real-time ke dalam blockchain.
Blockchain merupakan sekumpulan blok berisi catatan data yang dikelola oleh komputer dan tidak dimiliki entitas manapun atau terdesentralisasi. Setiap blok memuat buku besar atau ledger beserta tiga elemen lainnya, yaitu data, hash atau fungsi pemetaan data, dan hash dari blok sebelumnya.
Pihak yang berkepentingan di pasar tujuan ekspor bisa melacak asal usul kopi melalui blockchain. "Ini memberikan akses transparan dan kepercayaan terhadap produk," demikian isi blog Emurgo dikutip Jumat (10/12).
ALKO juga akan mendapatkan manfaat dari pengurangan biaya manajemen data dan memungkinkan peningkatan margin bisnis.
Blockchain dinilai mampu memodernisasi rantai pasok produk kopi yang sebelumnya kurang efisien. Sebab, sebagian besar produsen kopi di Indonesia yang terdiri dari jaringan petani kecil, pemanggang, pengolah, dan perusahaan logistik, terfragmentasi dan mengandalkan metode pelacakan produk berbasis kertas.
ALKO mengandalkan teknologi blockchain untuk mengekspor biji kopi arabika berkualitas tinggi ke pasar Cina. Namun pasar utamanya yakni Amerika Serikat (AS), Jepang, India, Malaysia, dan Prancis.
Koperasi itu menyasar pasar Cina karena potensial. Sebab, pasarnya terus tumbuh pada tingkat rata-rata 16% selama dekade terakhir. Daya beli ekonomi lokal juga tumbuh cepat.
Perusahaan kopi, Blue Korintji Coffee juga berkolaborasi dengan Emurgo dalam memanfaatkan teknologi blockchain pada tahun lalu. Tujuannya, mengedukasi penikmat kopi, terkait asal usul produk.
Produsen produk pertanian, Sewu Segar Nusantara atau Sunpride juga menggunakan blockchain traceability untuk pelacakan rantai pasok pisang.
"Melalui teknologi blockchain, rantai pasok ada jejak digitalnya dan secara real-time. Datanya benar. Jadi, ada transparansi," kata Presiden Director Sewu Segar Nusantara Cindyanto Kristian dalam konferensi pers virtual, Jumat (10/12).
Sewu Segar Nusantara bekerja sama dengan jejaring ritel Lion Super Indo dalam menerapkan teknologi blockchain. Produk pisang yang sudah ada di gerai Super Indo bisa terlacak, mulai dari data lokasi penanaman sampai pengemasan.
Blockchain juga digunakan untuk melacak lokasi tanam pisang yang akan panen. Sewu Segar Nusantara mempunyai lahan pertanian di Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung hingga Medan.
"Mitra akan tahu kapan pisang siap dipanen. Ini supaya konsumen bisa langsung membeli," katanya.
Perkiraan itu mengacu pada data-data pertanian yang perusahaan simpan di blockchain. Alhasil, petani dapat mampu mendongkrak produktivitas dan transaksi.
Sedangkan mitra ritel menjadi lebih mudah dalam menjaga stok. "Kami bisa membandingkan antara analisis data di blockchain dengan riwayat penjualan. Jadi bisa antisipasi apabila terjadi kelangkaan produk," ujar VP Buying & Indirect Procurement Lion Super Indo Donny Ardianta.