AS dan Cina Kembangkan 6G, Indonesia Segera Menyusul?

Ericsson
Internet 6G
13/12/2021, 13.28 WIB

Sejumlah negara maju seperti Cina dan Amerika Serikat (AS) gencar mengkaji pengembangan jaringan internet generasi keenam alias 6G. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan akan tetap berfokus pada 5G tahun depan.

Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo Anang Latif mengatakan, masih ada 12.548 desa yang belum terjangkau jaringan internet 4G. Kominfo menargetkan seluruhnya bisa terjangkau 4G pada 2022.

Setelah itu, baru kementerian mulai mengkaji penyediaan layanan internet generasi berikutnya, yakni 5G dan 6G. Setelah semua wilayah terjangkau 4G, BAKTI Kominfo juga akan berfokus pada konten dan kualitas jaringan.

"Tentunya kami masih berfokus menyelesaikan 4G. Lalu 5G mulai dikembangkan di kota-kota besar terlebih dahulu," kata Anang dalam acara penandatanganan perjanjian pinjam pakai lahan pembangunan Base Transceiver Station (BTS) 4G di Jakarta, Senin (13/12).

Ia mengatakan, Kominfo kemungkinan bisa mengembangkan jaringan 5G didukung oleh Satelit Satria I pada 2023. "Ini untuk pemerataan akses internet 5G," katanya.

Sebelumnya, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo Ismail mengatakan, pengembangan teknologi 5G di Indonesia masih menjalankan mekanisme pasar. Artinya, pengembangan teknologinya diserahkan kepada pihak penyelenggara telekomunikasi.

"Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan ke depan pemerintah hadir mengembangkan 5G apabila terjadi kesenjangan digital," kata Ismail dalam acara Regional Summit 2021 yang diadakan Katadata.co.id pada November (29/11).

Menurutnya, mekanisme keikutsertaan Kominfo dalam pengembangan 5G sama seperti yang dilakukan pada jaringan 4G. BAKTI Kominfo membangun infrastruktur jaringan 4G ke daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).

Di sisi lain, negara maju seperti Cina dan AS sudah mengembangkan jaringan 6G. Laporan dari Chisna National Intellectual Property Administration (CNIPA) menyebutkan bahwa Tiongkok memimpin dari sisi jumldah paten terkait 6G secara global.

CNIPA menyebutkan, 35% dari total 38 ribu paten soal 6G di dunia merupakan milik perusahaan Negeri Tirai Bambu. AS menempati posisi kedua dengan 18% paten. Disusul oleh Uni Eropa.

Cina juga telah meluncurkan satelit eksperimental 6G pertama di dunia tahun lalu, di Taiyuan Satellite Launch Centre, Provinsi Shanxi. Ini bertujuan membuat ultra-fast network yang 100 kali lebih cepat dibanding 5G, yang rencananya dapat digunakan pada 2030.

Peluncuran satelit 6G ke orbit itu merupakan proyek kerja sama University of Electronic Science and Technology of China (UESTC), Chengdu Guoxing Aerospace Technology, dan Beijing MinoSpace Technology.

Di saat yang sama, beberapa perusahaan telekomunikasi Cina seperti Huawei, ZTE, Xiaomi, dan China Telecom memulai penelitian jaringan 6G. Bahkan, Xiaomi berencana memfokuskan sumber daya mereka pada pembuatan ponsel 5G, sembari mengembangkan 6G.

Peneliti teknologi informasi dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi memperkirakan, 6G baru bisa tersedia di Indonesia pada 2029 atau 2030. Ini pun pemerintah sudah harus meneliti sejak sekarang.

Menurutnya, saat Indonesia mengadopsi 3G, pemerintah mulai mengumumkan penelitian terkait 4G. Namun, 4G resmi hadir delapan sampai sembilan tahun setelahnya.

Ia menilai, pemerintah juga menyatakan tengah mengembangkan 5G ketika masyarakat menerima 4G. "Artinya, penelitian dan adopsi teknologi baru itu butuh waktu, termasuk 6G,” kata Heru kepada Katadata.co.id, pada Juni (2/6).

Adopsi 6G di Tanah Air juga akan tergantung permintaan dan kebutuhan frekuensi. Apabila kebutuhan frekuensi terlampau besar, Indonesia bisa saja tidak mengadopsi 6G. Sebab, penentuan spektrum frekuensi 5G dan 6G akan berbeda.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan