Kabel bawah laut milik Telkom putus dua kali, yakni pada April dan September. Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G Plate mengungkapkan, penyebab kabel laut di Indonesia sering putus yakni bencana alam seperti gempa bumi dan gunung meletus.
"Indonesia masuk di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire). Maka, banyak kabel-kabel laut putus akibat meletusnya gunung di bawah laut," kata Johnny dalam acara Retrospeksi Kominfo 2021 dan Outlook 2022, Selasa (28/12).
Ia pun bercerita bahwa pemerintah sempat khawatir kabel bawah laut putus akibat bencana, saat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua.
"Kami panik, kalau gunung di Sarmi, Papua meletus, seluruh jaringan fiber optik putus, event olahraga bisa terhambat total. Ini bisa jadi citra buruk Indonesia di etalase dunia," kata Johnny.
Untuk mengatasi kendala itu, Kominfo mengandalkan kabel bawah laut cadangan milik Telkom sepanjang 1.000 kilometer. "Ini sebagai backup," katanya.
Telkom pun mengalami dua kali putus kabel bawah laut tahun ini. Pada April, kabel bawah laut di Papua, tepatnya di titik 360 kilometer, putus. Ini membuat jaringan data seluler tidak bisa digunakan untuk sementara waktu.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu pun mengandalkan satelit dan Palapa Ring Timur untuk mendukung layanan telekomunikasi di wilayah ini.
Pada September, sistem komunikasi kabel laut (SKKL) Jawa, Sumatera, dan Kalimantan (JaSuKa), tepatnya berada di ruas Batam – Pontianak, mengalami gangguan. Ini membuat layanan internet Telkom Group baik fixed maupun mobile broadband terganggu di beberapa wilayah.
Telkom mengembangkan kabel JaSuKa sejak 2006. Kabel ini melintang di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Bandar Lampung, Batam, Baturaja, Dumai, Jakarta, Jambi, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Pontianak, Rantu Prapat, Sibolga, Tanjung Pakis, Tanjung Pandan, Teping Tinggi hingga Bandar Bukit Tinggi, Malaysia.
Kabel JaSuKa memiliki empat kanal 40 gigabit per detik (40G). Sedangkan kapasitas daya tampung hingga 16 kali lipat dibandingkan jalur konvensional.
TeleGeography menjelaskan, kabel bawah laut menggunakan teknologi serat optik. Laser di satu ujung menembak dengan kecepatan yang sangat cepat menuruni serat kaca tipis ke reseptor di ujung kabel yang lain.
Serat kaca itu dibungkus dengan lapisan plastik. Terkadang menggunakan kawat baja untuk perlindungan.
Kabel bawah laut tersebut membawa data digital, berupa konten musik hingga video. "Kabel bawah laut dibangun di antara lokasi yang memiliki sesuatu yang penting untuk dikomunikasikan," demikian dikutip dari TeleGeography.
Selain karena bencana alam, kabel laut bisa putus karena pihak gangguan pihak ketiga.
Kabel bawah laut memang semakin marak seiring pertumbuhan bandwidth secara masif. Raksasa teknologi seperti Google, Facebook, Microsoft, dan Amazon pun mengembangkan kabel bawah laut sendiri.