Otoritas Cina meluncurkan peraturan baru terkait pengendalian algoritme di platform teknologi milik TikTok hingga Tencent. Tahun lalu, Beijing setidaknya menerbitkan tujuh regulasi yang menyasar perusahaan teknologi.
Aturan terkait algoritme itu disusun oleh Administrasi Ruang Siber Cina (CAC), Kementerian Industri dan Teknologi Informasi Cina, Kementerian Keamanan Publik Cina, dan Badan Regulasi Pasar Cina (SAMR). Aturan yang terbit pada Selasa (4/1) itu akan mulai berlaku pada 1 Maret.
CAC mengatakan, peraturan baru tersebut bertujuan mengendalikan algoritme pada aplikasi. Teknologi ini berfungsi merekomendasikan apa yang ingin konsumen baca, tonton, putar, dan beli secara online.
Melalui aturan baru itu, aplikasi yang mengandalkan algoritme seperti e-commerce Alibaba, video pendek TikTok, dan game Tencent akan diarahkan untuk lebih mempromosikan energi positif.
"TikTok hingga Tencent juga harus memberi ruang yang memungkinkan konsumen menolak rekomendasi yang dipersonalisasi," demikian dikutip dari South China Morning Post (SCMP) pada Selasa (4/1).
Otoritas membuat aturan itu karena selama ini TikTok hingga Tencent dianggap sering meracuni konten tidak sehat dari rekomendasi. Regulator mencontohkan, algoritme yang digunakan oleh platform TikTok versi Cina, Douyin diketahui membuat pengguna terus-menerus terlibat dengan jumlah konten yang hampir tak terbatas.
Selain itu, algoritme yang digunakan pada banyak video game Tencent dirancang untuk terus mendorong pemain menghabiskan lebih banyak waktu dan uang.
Meski begitu, pengacara di firma hukum Beijing Yingke Ding Mengdan mengatakan, algoritme yang memanfaatkan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) dan mahadata (big data) sebenarnya membantu dalam membentuk tren dan diskusi online di Cina.
Algoritme juga membantu dalam mendorong perkembangan ekonomi dan penggunaan internet yang lebih luas di seluruh Cina.
"Perusahaan teknologi yang menggunakan mekanisme rekomendasi yang dipersonalisasi, seperti yang mengoperasikan pengiriman makanan, distribusi konten yang disesuaikan, dan e-commerce, akan mengalami dampak paling besar dari peraturan baru ini,” kata Mengdan.
Sedangkan pengacara di Kinding Law Firm Wang Qiongfei mengatakan, aturan baru itu akan memberikan tekanan pada tindakan monopoli dan persaingan tidak sehat di industri teknologi.
"Pengetatan peraturan algoritme berarti hilangnya area abu-abu dan peningkatan biaya operasi. Beberapa perusahaan internet kecil dan menengah mungkin menghadapi kesulitan dalam hal pengembangan, faktor yang memengaruhi kelangsungan hidup mereka," katanya.
Sebelumnya, pemerintah Cina memang gencar menekan Alibaba hingga Tencent menggunakan serangkaian aturan. Jika ditinjau sejak akhir 2020, setidaknya ada delapan aturan baru yang menyasar raksasa teknologi, di antaranya:
- Aturan anti-monopoli yang baru
- Aturan terkait kredit mikro berbasis digital
- Membatasi anak bermain gim online
- Memperketat aturan konten di game online hingga video on-demand (VoD). Salah satunya melarang konten yang menampilkan pria bernampilan feminin.
- Melarang fan ‘mengejar bintang’ secara tidak rasional di media sosial
- UU Keamanan data yang baru
- Redistribusi kekayaan
- Algoritme
Sejumlah perusahaan teknologi pun menerima denda akibat aturan ketat. CEO Kantor CIO Global Gary Dugan menduga, serangan regulasi dari pemerintah ini menekan perusahaan teknologi seperti Alibaba dan Tencent dalam jangka waktu lama.
Tidak hanya itu, akan ada penambahan lebih banyak sektor yang menjadi sasaran tekanan Beijing. "Ini kan menjadi waktu yang lama bagi investor untuk khawatir tentang perubahan yang tertunda," kata CEO Kantor CIO Global Gary Dugan, akhir tahun lalu (13/8/2021).