Jumlah pengguna aktif harian Facebook turun untuk pertama kalinya, dari 1,93 miliar pada kuartal III 2021 menjadi 1,929 miliar akhir tahun lalu. Nilai pasar perusahaan induk, Meta pun anjlok US$ 251,3 miliar atau sekitar Rp 3.613 triliun.
Hal itu karena harga saham Meta anjlok lebih dari 26% pada perdagangan Kamis (3/2). CEO Mark Zuckerberg mengatakan, Facebook sedang berjuang untuk bersaing dengan aplikasi video pendek asal Cina TikTok.
“Itu adalah kehilangan terbesar dalam nilai pasar perusahaan Amerika Serikat (AS) mana pun yang pernah ada,” demikian dikutip dari Bloomberg, Jumat (4/2).
Ini bukan pertama kalinya saham Meta turun drastis. Saham raksasa teknologi ini pernah anjlok 19% sehingga kapitalisasi pasar turun sekitar $120 miliar pada Juli 2018. Ini karena perlambatan pertumbuhan pengguna.
"Orang-orang memiliki banyak pilihan untuk menghabiskan waktu mereka dan aplikasi seperti TikTok berkembang sangat cepat," kata Zuckerberg dalam sambutan terkait pengumuman laporan keuangan, dikutip dari USA Today.
Ia menegaskan bahwa Meta berinvestasi lebih banyak ke bisnis video berdurasi pendek untuk bersaing dengan TikTok. Induk Facebook ini bakal berfokus pada Reels yang diluncurkan di Instagram pada 2020.
"Setiap penurunan di masa depan dalam ukuran basis pengguna aktif dapat berdampak buruk pada kemampuan kami untuk memberikan tayangan iklan dan, pada gilirannya, kinerja keuangan,” kata Meta.
Meski begitu, jumlah pengguna Instagram, WhatsApp, dan Messenger, terus bertambah, meskipun sedikit. Jumlah pemakai yang masuk setiap bulan ke Facebook juga masih tercatat meningkat.
Chief Financial Officer Meta David Wehner juga menyalahkan kenaikan harga data internet di India. Sebab, Negeri Bollywood merupakan pasar terbesarnya.
Namun selain jumlah pengguna yang turun, investor mencermati laporan keuangan Meta, terutama terkait metaverse. Facebook menghabiskan US$ 10,1 miliar untuk rencana ini tahun lalu.
“Kami mengharapkan peningkatan yang berarti lewat pengeluaran seperti itu tahun ini,” ujar Wehner saat menyampaikan laporan pendapatan 2021 kepada analis.
Divisi metaverse yakni Realty Labs kuartal IV 2021 untuk pertama kali. Hasilnya, bisnis dunia virtual ini merugi lebih dari US$ 10 miliar atau sekitar Rp 144 triliun selama tahun lalu.
Realty Labs bertugas membangun visi CEO Meta Mark Zuckerberg untuk metaverse. Ini termasuk perangkat keras (hardware) seperti headset VR Meta Quest.
Meta mengatakan, kerugian Realty Labs pada 2021 sejalan dengan pengumuman Zuckerberg tahun lalu soal investasi di bisnis metaverse. “Kerugian operasional akan meningkat signifikan pada 2022,” kata Wehner dikutip dari CNBC Internasional.
Sedangkan rincian rugi bersih divisi metaverse Realty Labs sejak 2019 sebagai berikut:
- 2019: rugi bersih US$ 4,5 miliar. Pendapatan US$ 501 juta
- 2020: rugi bersih US$6,62 miliar. Pendapatan US$ 1,14 miliar
- 2021: rugi bersih US$10,19 miliar. Pendapatan US$ 2,27 miliar
Kerugian tersebut menghambat profitabilitas Meta secara keseluruhan pada 2021. Perusahaan diperkirakan memiliki laba lebih dari US$ 56 miliar sepanjang tahun lalu, jika bukan karena Reality Labs.
Wehner menjelaskan, kerugian itu terkait biaya karyawan, penelitian dan pengembangan, dan biaya barang yang dijual total US$ 4,2 miliar.
'Analis di broker Moffett Nathanson, Michael Nathanson membuat laporan berjudul ‘Facebook: Awal dari Akhir?’. “Pemotongan ini sangat dalam,” tulisnya, dikutip dari Bloomberg.
Analis di Truist Securities Youssef Squali menilai, Meta kini menghadapi badai.