Pendapatan Anjlok karena Sanksi AS, Huawei Pangkas Dividen Karyawan

123RF.com
Ilustrasi. Huawei memperkirakan pendapatan tahun lalu turun 28,9% menjadi 634 miliar yuan atau Rp 1.433 triliun.
Editor: Agustiyanti
8/2/2022, 12.35 WIB

Raksasa teknologi asal Cina Huawei memangkas dividen untuk karyawan pada tahun ini akibat pendapatan yang anjlok 28,9% pada 2021. Anjloknya pendapatan perusahaan pada tahun lalu terutama disebabkan efek dari sanksi Amerika Serikat (AS). 

Dividen yang dibagikan Huawei kepada pemegang saham hampir seluruhnya diberikan kepada karyawan. Dikutip dari South China Morning Post, 99,25% saham Huawei dimiliki oleh serikat pekerja, sedangkan sisanya 0,75% saham dimiliki pendiri Huawei, Ren Zhengfei. Berdasarkan laporan internal, Huawei memiliki 197.000 karyawan dengan 121.269 orang di antaranya merupakan pemegang saham.

Huawei kemungkinan akan membayar dividen tunai lebih dari US$ 35 miliar atau Rp 79 triliun atas kinerja 2021. Berdasarkan perhitungan South China Morning Post, menggunakan data 22,2 miliar saham yang beredar per Desember 2018, Ren kemungkinan berhak  mendapatkan 260 juta yuan atau Rp 587 miliar dalam bentuk dividen tunai.

Dividen per saham sebesar Rp 1,86 yuan atau Rp 4.205 per saham atas tahun 2021 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,58 yuan atau Rp 3.572 per saham.

Penurunan dividen ini seiring dengan menurunnya pendapatan Huawei tahun lalu. Huawei memang baru mengumumkan laporan pendapatan 2021 mereka pada Maret nanti. Namun, perusahaan telah memperkirakan pendapatan tahun lalu turun 28,9%  menjadi 634 miliar yuan atau Rp 1.433 triliun. 

"Ini imbas dari sanksi Washington terhadap perusahaan yang melumpuhkan bisnis ponsel pintar (smartphone)," demikian dikutip dari South China Morning Post pada Senin (7/2).

Huawei masuk dalam daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan AS sejak awal 2019. Alhasil, gawai buatan raksasa teknologi ini tak didukung oleh Android dari Google. Selain itu, ponsel mereka tidak memuat layanan seperti Gmail, YouTube, dan lainnya.

Akibat sanksi itu, Huawei terlempar dari posisi lima besar di bisnis ponsel. Lembaga riset TrendForce memperkirakan bahwa pangsa pasar Huawei menjadi ketujuh tahun lalu. Artinya raksasa teknologi Cina itu kalah dari Samsung, Apple, Xiaomi, OPPO, Vivo, dan Realme. 

Meski begitu, Rotating Chairman Huawei Guo Ping menyampaikan bahwa perusahaan tidak akan menyerah untuk bersaing dengan Apple, Xiaomi, dan bahkan Samsung di bisnis ponsel.

“Huawei akan terus eksis di bisnis ponsel dan dengan kemajuan berkelanjutan dalam produksi cip (chipset), takhta smartphone pada akhirnya akan kembali,” kata Guo dalam transkrip tanya jawab dengan pegawai, dikutip dari Reuters, pada tahun lalu (18/8/2021). 

Guo Ping menyatakan bahwa sanksi AS itu justru mendorong Huawei meningkatkan kemampuan merancang cip. Sedangkan cip langka setelah AS memblokir beberapa produsen asal Tiongkok, termasuk SMIC.

"Semua orang tahu bahwa cip ponsel membutuhkan teknologi canggih dalam ukuran kecil dengan konsumsi daya rendah. Huawei dapat mendesainnya, tetapi tidak ada yang dapat membantu kami membuatnya. Kami terjebak," kata Guo.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan