Mantan CEO Google Eric Schmidt menilai, pengembangan jaringan internet generasi kelima atau 5G di Amerika Serikat (AS) menyedihkan. Menurutnya, pengembangan 5G di AS tertinggal jauh dibandingkan Cina.
Schmidt mengemukakan pendapatnya itu dalam tulisan di op-ed, Wall Street Journal. Ia menulis bersama seorang profesor pemerintahan di Harvard, Graham Allison.
Keduanya beranggapan bahwa AS jauh tertinggal di hampir setiap dimensi pengembangan 5G. Padahal, negara-negara lain, termasuk Cina tengah berlomba-lomba untuk memimpin pasar.
“Ini karena keragu-raguan pemerintah AS. Jadi, Amerika jauh di belakang Cina dalam perlombaan untuk membangun teknologi 5G," kata Schmidt dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (17/2).
Menurutnya, AS kalah dari Cina dalam hal kecepatan unduhan 5G rata-rata. Berdasarkan data Speedtest, kecepatan unduh rata-rata 5G di Cina 299 megabit per detik (Mbps) per kuartal III 2021. Sedangkan, AS 93,73 Mbps.
“Padahal, kecepatan internet menjadi kunci kemajuan utama 5G. Ini memungkinkan domain dan aplikasi memberikan implikasi ekonomi serta keamanan nasional yang kuat,” kata Schmidt dan Allison.
Perusahaan telekomunikasi AS juga kalah saing dari Cina. Menurut keduanya, meskipun terkena sanksi AS, raksasa teknologi asal Tiongkok Huawei tetap memimpin pasar.
Berdasarkan data dari TrendForce, Huawei memimpin pasar Base Transceiver Station (BTS) secara global dengan pangsa pasar 30%. Ericsson 23% dan Nokia 20%.
Huawei dengan cepat mengalokasikan bagian paling efisien dari spektrum nirkabel, yang disebut midband. Sedangkan di AS, AT&T dan Verizon menggunakan pita spektrum yang sama untuk jaringan 4G maupun 5G.
Schmidt dan Allison juga mengatakan bahwa Cina unggul dalam hal pengeluaran 5G dibandingkan AS. Selain itu, memimpin dari sisi jangkauan di tiap kota.
Dikutip dari Statista, jangkauan 5G di Cina mencapai 341 kota per tahun lalu. Sedangkan AS 279 kota.
Dengan kondisi tersebut, Schmidt dan Allison mendesak pemerintahan AS di bawah kendali Joe Biden untuk menjadikan 5G sebagai prioritas nasional. "Jika tidak, Cina akan memiliki masa depan 5G," ujar keduanya.
AS dan Cina memang bersaing ketat dalam mengembangkan teknologi terbaru, termasuk 5G dan 6G.
Direktur industri teknologi informasi dan komunikasi Frost and Sullivan di AS Vikrant Gandhi mengatakan, kedua negara berlomba-lomba mengembangkan dan mematenkan 6G. Ini karena potensinya besar.
Teknologi itu juga diprediksi menguasai revolusi industri berikutnya. "Kemungkinan persaingan untuk kepemimpinan 6G akan lebih sengit daripada 5G," kata Gandhi dikutip dari The Star, tahun lalu (14/2/2021).