Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan militer menyerang Ukraina hari ini. Di tengah situasi ini, situs resmi pemerintah hingga perbankan di Ukraina pun menghadapi serangan Distributed Denial-of-Service atau DDoS.
Pelaku serangan DDoS membanjiri situs web dengan lalu lintas internet palsu, sehingga sulit diakses. “Insiden ini tampaknya konsisten dengan serangan DDoS baru-baru ini,” kata perusahaan konektivitas internet NetBlocks melalui Twitter, dikutip dari BBC, Kamis (24/2).
Data NetBlocks menunjukkan dampak serangan siber DDoS dimulai pada Rabu sore (23/2).
Menteri Transformasi Digital Ukraina Mykhaylo Fedorov pun membenarkan hal itu. "Serangan DDoS massal lainnya di negara kami dimulai," tulis dia di Telegram.
Namun dia tidak memerinci daftar bank yang diserang DDoS maupun tingkat kerusakannya.
Sedangkan situs web pemerintah yang mengalami serangan siber yakni Kementerian Luar Negeri Ukraina, Kabinet Menteri, dan Rada.
“Situs-situs pemerintah tidak bisa diakses ketika para pejabat berusaha mengalihkan lalu lintas internet ke tempat lain untuk meminimalkan kerusakan,” katanya.
Seorang peneliti mengatakan, situs web militer dan perbankan Ukraina pulih lebih cepat saat ini. “Kemungkinan karena kesiapan dan peningkatan kapasitas untuk menerapkan mitigasi,” ujar dia yang enggan disebutkan namanya.
Meskipun demikian, serangan siber itu masih berlangsung di departemen keamanan Ukraina. Pekan lalu, serangan serupa membuat sejumlah kecil situs web di negara itu tak bisa diakses.
Sumber serangan belum dikonfirmasi, tetapi situs down terjadi saat Rusia terus menempatkan pasukan di sekitar perbatasan Ukraina. Otoritas dunia maya di Inggris dan Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia di balik serangan siber itu.
"Kami memantau dengan cermat laporan tersebut," kata juru bicara Gedung Putih kepada NBC News dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (24/2).
Tetapi Moskow membantah hal ini. Rusia menyatakan, tidak ada kesalahan resmi yang ditujukan kepada mereka atas serangan DDoS.
Pada Januari, pemerintah Ukraina menuduh Rusia berada di balik gelombang DDoS lain yang memengaruhi sekitar 70 situs web pemerintah.
Pekan lalu, Ukraina melaporkan serangan siber yang mengakibatkan empat situs web pemerintah hilang. Polisi siber di Ukraina mengatakan, banyak penduduk menerima pesan teks yang mengatakan bahwa ATM di negara itu tidak berfungsi.
Namun tidak jelas apakah ada ATM yang benar-benar terpengaruh.
Gedung Putih mengaitkan serangan-serangan siber itu dengan agen Rusia. Pejabat Gedung Putih mengatakan, AS menanggapi insiden serangan siber di Ukraina dengan konsisten dan disebut jenis kegiatan yang akan dilakukan Rusia.
"Kami berkomunikasi dengan Ukraina mengenai kebutuhan terkait dunia maya mereka, termasuk (serangan) baru-baru ini," katanya.
Namun Moskow membantah bertanggung jawab atas serangan minggu lalu di situs web pemerintah Ukraina.