Netflix Hentikan Layanan di Rusia, Pengguna Tuntut Kompensasi Rp 10 M

123RF.com/Charnsit Ramyarupa
Editor: Yuliawati
14/4/2022, 10.44 WIB

Penyerangan Rusia  ke Ukraina membuat Netflix menghentikan sementara layanan video on-demand (VoD) di pasar Rusia. Penghentian layanan ini membuat pengguna Rusia menggugat Netflix dan meminta kompensasi senilai 60 juta rubel atau Rp 10 miliar.

Firma hukum Chernyshov, Lukoyanov & Partners mengajukan gugatan class action terhadap Netflix. Gugatan diajukan ke pengadilan distrik Khamovnichesky di Moskow atas nama pengguna Netflix di Rusia.

"Alasan gugatan ini adalah pelanggaran hak pengguna karena penangguhan sepihak Netflix untuk menyediakan layanan di Rusia," kata Firma hukum Chernyshov, Lukoyanov & Partners dikutip dari The Guardian, Rabu (13/4).

Menurut firma hukum itu, pengguna Netflix telah membayar 599-799 rubel per bulannya untuk mengakses konten. Namun, kini mereka tidak bisa mengakses layanan Netflix sama sekali. Sehingga pengguna menuntut kompensasi senilai 60 juta rubel.

Jumlah pelanggan Netflix di Rusia sekitar 1 juta pelanggan. Platform VoD ini memiliki empat karya orisinil di Rusia, yakni drama detektif Zato, serial Nothing Special, drama Anna K, dan satu serial tanpa judul.

Netflix menangguhkan layanan mereka di Rusia sejak Maret seiring invasi Rusia ke Ukraina. Netflix juga menghentikan pengembangan dan akuisisi semua acara TV dan film yang dibuat atau dipesan oleh Rusia.

Sebelumnya, sejumlah perusahaan teknologi seperti Huawei hingga Nokia juga undur diri dari Rusia. Bahkan, Facebook dan Instagram diblokir oleh pengadilan Rusia karena dianggap sebagai ekstremis.

Rusia membatasi akses ke Facebook dan Instagram awal Maret. Itu dilakukan setelah induk perusahaan, yakni Meta mengonfirmasi kebijakan yang ‘membiarkan’ ujaran kebencian terhadap tentara Rusia dan Presiden Vladimir Putin, sehubungan dengan perang di Ukraina.

Meta mengatakan, aturan yang lebih longgar itu hanya akan berlaku untuk orang yang mengunggah dari dalam Ukraina. “Facebook dan Instagram melakukan aktivitas ekstremis,” kata pengadilan di Moskow dikutip dari The Guardian, bulan lalu (22/3).

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan