Netflix kehilangan 200 ribu pelanggan pada kuartal pertama tahun ini. Salah satu penyebabnya, persaingan yang ketat dengan pemain Video on Demand (VoD) lainnya, ketika harga langganan Netflix paling mahal.

Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) memperkirakan jumlah pelanggan bertambah 2,5 juta pada kuartal pertama tahun ini. Namun, kenyataannya justru turun 200 ribu.

Penurunan jumlah pelanggan tersebut merupakan yang pertama kali terjadi dalam 10 tahun terakhir. Netflix pun diprediksi kehilangan dua juta pelanggan selama kuartal musim semi tahun ini.

Setelah pengumuman tersebut, harga saham Netflix anjlok hingga 35% pada perdagangan Rabu (20/4). Kapitalisasi pasar perusahaan juga turun US$ 50 miliar atau setara Rp 717,85 triliun.

Netflix mengatakan, salah satu alasan penurunan 200 ribu pelanggan karena persaingan ketat dengan VoD lainnya. "Sekarang tampaknya persaingan membuat lebih sulit bagi Netflix untuk berkembang," kata CEO Netflix Reed Hastings dikutip dari Reuters, Rabu (20/4).

Biaya berlangganan Netflix memang lebih mahal ketimbang penyedia layanan VoD lain. Menurut analisis Reelgood, paket Netflix yang paling populer yakni paket standar, dibanderol US$ 15,49 per bulan.

Harganya lebih mahal dibandingkan layanan VoD lain yakni:

  • HBO Max US$ 14,99 per bulan
  • Hulu US$ 12,99 per bulan
  • Peacock Premium Plus US$ 9,99 per bulan
  • Paramount + US$ 9,99 per bulan
  • Disney + US$ 7,99 per bulan
  • Discovery + US$ 6,99 per bulan
  • Apple TV US$ 4,99 per bulan

Menurut Realgood, biaya berlangganan pesaing Netflix seperti Paramount +, Peacock, HBO Max, Hulu, dan Discovery + lebih murah karena menawarkan opsi berlangganan dengan iklan.

Sedangkan, Netflix menolak gagasan untuk memperkenalkan rencana yang didukung iklan. Akan tetapi, Netflix berencana mengeksplorasi pembuatan paket berlangganan yang didukung iklan dalam satu atau dua tahun ke depan.

"Mereka yang mengikuti Netflix tahu bahwa saya sebenarnya menentang kerumitan periklanan. Tetapi banyak penggemar yang menginginkan harga yang lebih rendah dan toleran terhadap iklan," kata Hastings.

Selain harga yang mahal, pesaing Netflix gencar berekspansi. Disney + misalnya, terus memperluas pasar.

Jumlah pelanggan Disney + bertambah dari 10 juta pada 2019 menjadi 26,5 juta pada kuartal pertama 2020. Lonjakan ini berasal dari penayangan film streaming saat liburan.

Disney juga menggarap 100 proyek film dan acara televisi, termasuk selusin seri Marvel dan lebih dari 10 konten Star Wars.

Selain itu, Disney memiliki Pixar Studio yang menghasilkan beberapa film animasi laris seperti Toy Story, Monster Inc, Finding Nemo, Mickey Mouse hingga para putri dari negeri dongeng.

HBO Max juga gencar ekspansi ke 15 negara awal tahun ini. "Layanan kami akan diluncurkan di Bosnia & Herzegovina, Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Hongaria, Moldova, Montenegro, Belanda, Makedonia Utara, Polandia, Portugal, Rumania, Serbia, Slovakia, dan Slovenia," demikian dikutip dari CNET, pada Februari (1/2).

Meski begitu, Netflix masih menguasai pasar VoD saat ini. Statista memperkirakan, pasar Netflix 23% pada 2024.

Posisi kedua ditempati oleh Amazon melalui Amazon Prime Video dengan pangsa pasar 13%. Sedangkan Disney+ hanya 8% dan Apple TV sekitar 1%.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan