Alasan Sulit Dapat Sinyal TV Digital meski Sudah Pakai Set Top Box

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/foc.
Dua murid sekolah dasar mengikuti proses belajar di rumah melalui siaran televisi akibat pandemi COVID-19 di Perum Widya Asri, di Serang, Banten, Selasa (14/4/2020).
10/5/2022, 15.00 WIB

Warganet mengeluhkan kesulitan mendapatkan sinyal saat migrasi dari TV analog ke TV digital atau analog switch off (ASO) per akhir bulan lalu (30/4). Ada beberapa faktor yang menyebabkan sinyal sulit dijangkau.

Peneliti teknologi informasi dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, faktor pertama yakni wilayah tersebut tidak termasuk dalam kabupaten/kota yang sudah memulai migrasi ke TV digital.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memang baru memulai ASO di delapan kabupaten/kota per akhir bulan lalu (30/4). Wilayah yang dimaksud yakni:

  1. Riau IV: Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kepulauan Meranti, Kota Dumai
  2. NTT III: Kabupaten Timor Tengah Utara dan NTT IV: Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka
  3. Papua Barat: Kabupaten Sorong dan Kota Sorong

Kedua, karena antena yang kurang bagus. "Sebaiknya, masyarakat menggunakan antena khusus digital," kata Heru kepada Katadata.co.id, Selasa (10/5).

Ketiga, infrastruktur penyelenggara multipleksing terdekat yang belum tersedia. "Ini menyebabkan sinyal sulit didapat dari multipleksing yang jauh," ujarnya. Selain itu, channel TV pun menjadi terbatas.

Sebelumnya, Menteri Kominfo Johnny G Plate menyebutkan bahwa kualitas tayangan TV digital juga dipengaruhi oleh set top box. Sebab, jaringan TV digital harus menyampaikan gambar dan suara yang jernih hingga titik tertentu dengan syarat mempunyai alat tersebut.

Set top box merupakan alat penangkap sinyal siaran. Jenisnya ada beberapa yakni DVB-T2, DVB-C, DVB-S, dan DVB-IPTV. Sedangkan di Indonesia menggunakan DVB-T2 untuk menangkap siaran TV digital.

"Maka, kami bekerja dalam satu koordinasi yang baik, apabila ada masalah di lapangan langsung diatasi. Ini termasuk memonitor set top box, agar ASO bisa dilakukan dengan baik," katanya dalam konferensi pers, pekan lalu (1/5).

Sekretaris Jenderal Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Gilang Iskandar juga mengatakan, gangguan teknis saat migrasi TV digital bisa saja terjadi. Sebab, siaran TV digital dipancarkan melalui frekuensi. 

"Jadi, ada pengaruh cuaca, suhu hingga kontur wilayah. Dari alat dan daya pancar sebaran repeater itu juga berpengaruh," katanya.

Sebelumnya, warganet mengeluhkan gangguan teknis saat migrasi TV digital berlangsung. "Riau-4 hanya ada TVRI," kata warganet dengan nama @d3ehiexs di kolom komentar @siarandigitalindonesia.

Sedangkan Agustiananda (18 tahun) mengaku sudah mendapatkan channel lengkap setelah pelaksanaan ASO dua pekan lalu (30/4). "Banyak juga kanalnya. Ada TV One, Trans 7, Trans TV, MNC, RCTI, SCTV, Global TV. Sepertinya semua (channel) dapat," kata dia kepada Katadata.co.id, Rabu (4/5).

Ia tinggal di Kabupaten Dumai, Riau. Agustiananda menggunakan TV digital, sehingga tidak memerlukan set top box untuk menangkap siaran.

Netizen di luar delapan kabupaten/kota yang sudah migrasi ke TV digital, juga mengeluhkan keterbatasan channel. "Jawa Timur enam, baru dua Mux," kata @alf_iyan.

Begitu juga di Jawa Tengah. "Jateng enam, tolong ditingkatkan. Masa hanya satu mux dengan dua channel," kata @randy_liverpudlian.

Sedangkan televisi memang menjadi salah satu hiburan utama masyarakat Indonesia, sebagaimana terlihat pada Databoks di bawah ini:

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan