Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mendorong pemanfaatan metaverse untuk kegiatan yang positif dan produktif. Dengan begitu, teknologi ini dapat mengoptimalkan perekonomian Indonesia.
“Kami mendukung pemanfaatan metaverse untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi masa depan Indonesia, serta perekonomian," kata Menteri Kominfo Johnny G Plate dalam acara ‘Akselerasi Literasi Digital dalam Menyambut Teknologi Masa Depan’ di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dikutip dari Antara, Rabu (18/5).
Menurutnya, pengembangan kesiapan ekosistem metaverse di Tanah Air terus didorong oleh berbagai pihak, termasuk sektor swasta. “Sebagai contoh, PT WIR Group yang bekerja sama dengan Meta,” kata dia dalam keterangan pers.
Perkembangan metaverse saat ini terjadi di tengah berbagai tantangan kondisi perekonomian global, seperti:
- Pandemi Covid-19
- Tekanan akibat military action di Eropa Timur
- Kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang baru saja menaikkan suku bunga
“Tantangan itu berdampak terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi atau stagflasi Amerika dan negara G7 lainnya,” ujar Johnny. Oleh karena itu, ia berharap perkembangan metaverse turut mendongkrak perekonomian.
Apalagi, seperempat penduduk dunia diperkirakan menghabiskan paling tidak satu jam per hari di metaverse pada 2026. Data Statisa menunjukkan, banyak orang yang bekerja di metaverse, sebagaimana terlihat pada Databoks di bawah ini:
Cina, Korea Selatan, dan Barbados juga mulai mengeksplorasi kebijakan pengembangan metaverse sebagai bagian integral dari negara masing-masing. “Tiongkok menjajaki kebijakan metaverse dalam rencana pengembangan kota Shanghai. Barbados mengumumkan inisiatif pembangunan kedutaan virtual di metaverse,” katanya.
Lalu, Korea Selatan membentuk Metaverse Alliance yang terdiri dari sektor industri. Negeri Ginseng ini juga akan membuat Metaverse Academy akhir tahun ini.
“Akademi itu untuk mencetak 40 ribu ahli industri metaverse pada 2026,” kata Johnny.
Begitu pun beberapa negara di ASEAN seperti Vietnam, Singapura, dan Thailand. Di Vietnam, perusahaan game berbasis non-fungible token atau NFT meraih kapitalisasi pasar US$ 8 miliar pada proyek uang kripto terkait metaverse.
Kemudian, BuzzAR asal Singapura mengakuisisi permainan simulasi virtual reality atau VR dari Facebook dan menciptakan pengalaman bermain di dunia metaverse. Lalu, SHR Ring di Thailand mulai mengkaji penelitian terkait identitas digital di metaverse.
Berbagai perusahaan teknologi global seperti Meta, Microsoft, Epic Games, dan Tencent, juga mengembangkan riset dan pengembangan, produk, serta lini bisnis yang berkaitan dengan metaverse.
Di Indonesia, pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung metaverse. Infrastruktur yang dimaksud seperti kabel serat optik, satelit berkapasitas besar dan menara base transceiver station (BTS).
Namun, ia juga menekankan bahwa pengembangan internet harus sejalan dengan etika dan moral yang berlaku di Indonesia. "Sejalan dengan regulasi dan etika moral yang berlaku di Indonesia. Tidak menabrak nilai-nilai kultural dan religius," kata Johnny.