Peneliti militer Cina memperingatkan agar pemerintah berhati-hati dengan teknologi satelit milik Elon Musk, Starlink. Mereka menilai, Starlink kemungkinan digunakan untuk tujuan militer negara lain dan mengancam keamanan nasional Tiongkok.
Dalam jurnal Modern Defense Technology, peneliti mengatakan bahwa satelit Starlink dapat terhubung ke pesawat militer di bawah enkripsi. Situs peluncurannya pun dibangun di dalam pangkalan militer.
Perusahaan induk Starlink yakni SpaceX juga sebelumnya menerima dana dari Angkatan Udara Amerika Serikat (AS). "Ketika Starlink mengklaim bahwa mereka beroperasi sebagai program sipil yang menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi, mereka sebenarnya memiliki latar belakang militer yang kuat," kata peneliti dikutip dari Engadget, Rabu (1/6).
Peneliti juga memperingatkan bahwa Starlink dapat meningkatkan kecepatan komunikasi jet tempur dan drone hingga lebih dari 100 kali lipat.
Starlink juga dapat dipasang dengan perangkat pengintaian, navigasi, dan meteorologi. Hal ini bisa meningkatkan kemampuan tempur militer AS di bidang-bidang seperti pengintaian penginderaan jauh, relai komunikasi, navigasi atau penentuan posisi, serangan, dan perlindungan luar angkasa.
Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar pemerintah Cina mengembangkan kemampuan untuk menonaktifkan atau bahkan menghancurkan satelit Starlink.
Para peneliti juga menyerukan pengembangan kemampuan anti-satelit, termasuk metode hard kill dan soft kill. Metode hard kill digunakan untuk menghancurkan satelit secara fisik, seperti penggunaan rudal. Sedangkan metode soft kill menargetkan perangkat lunak dan sistem operasi satelit.
Selain itu, para peneliti menyarankan pengembangan sistem pengawasan dengan kemampuan untuk melacak setiap satelit Starlink. Tujuannya, mengatasi kemungkinan peluncuran muatan militer bersama dengan sekelompok satelit untuk konstelasi.
Sebelumnya, pemerintah Cina mengajukan keluhan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena satelit Starlink hampir bertabrakan dengan stasiun luar angkasa milik Cina.
Starlink merupakan anak usaha SpaceX yang bergerak di bidang infrastruktur internet. Starlink menyediakan ribuan satelit kecil yang dikirim secara massal ke orbit bumi pada posisi rendah.
Perusahaan milik Elon Musk itu mulai gencar mengembangkan layanannya sejak tahun lalu. Namun, pengembangan jaringan sudah dimulai sejak 2015. Kemudian, satelit prototipe pertama diluncurkan ke orbit pada 2018.
Sejak saat itu, SpaceX mengerahkan ribuan satelit Starlink ke orbit rendah. Total, ada lebih dari 2.000 satelit yang telah mengorbit.
Melalui satelit orbit rendah itu, Starlink menyediakan layanan internet terutama ke bagian lain di dunia yang belum memiliki akses internet broadband berkecepatan tinggi.
Menurut situs pelacak kecepatan internet Ookla, kecepatan unduh dari satelit Starlink selama kuartal keempat 2021 mencapai 100 megabit per detik (Mbps) di 15 negara berbeda.
Di AS, Starlink menawarkan kecepatan unduh rata-rata sekitar 105 Mbps dan kecepatan unggah rata-rata sekitar 12 Mbps. Kecepatannya lima atau enam kali lebih baik dari rata-rata pesaingnya seperti Viasat dan HughesNet.
"Penggunanya dapat mengharapkan kecepatan data bervariasi dari 50 hingga 150 Mbps dan latensi dari 20 hingga 40 milidetik di sebagian besar lokasi selama beberapa bulan ke depan," kata Starlink dikutip dari CNET, bulan lalu (14/5).