Riset OpenSignal: Internet 5G RI Makin Cepat, Namun Cakupan Belum Luas

ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY
Teknisi melakukan pengesetan jaringan 5G sebelum berlangsungnya ujicoba jaringan di Jakarta, Rabu (12/4).
3/6/2022, 18.37 WIB

Riset dari perusahaan analisis jaringan telekomunikasi, OpenSignal menunjukkan bahwa pengalaman pengguna dalam memanfaatkan internet generasi kelima atau 5G di Indonesia terus meningkat. Namun, cakupan jaringan 5G di Indonesia belum signifikan.

OpenSignal melakukan analisis dengan cara memeriksa pengalaman seluler dunia nyata dari pengguna ponsel pintar atau smartphone di Indonesia pada jaringan 3G, 4G, dan 5G. OpenSignal kemudian membandingkannya satu sama lain dalam hal kecepatan unduh, unggah, pengalaman saat streaming video, dan bermain gim seluler multi-pemain.

Hasilnya, kecepatan unduh pengguna Indonesia rata-rata mencapai 64,3 Megabit per detik (Mbps) saat terhubung di 5G. Ini 3,9 kali lebih cepat dari 4G dan 10,8 kali lebih cepat dari 3G.

Kemudian, pengguna smartphone di Indonesia mengalami kecepatan unggah rata-rata 19,6 Mbps saat terhubung ke 5G, atau 2,6 kali lebih cepat dibandingkan saat terhubung ke jaringan 4G yang hanya 7,4 Mbps.

Pengguna juga menikmati pengalaman video sangat bagus dengan penilaian 65-75 saat terhubung ke 5G. Lalu, pengguna mendapatkan pengalaman video biasa dengan penilaian 40-55 saat terhubung ke 4G dan pengalaman video yang buruk dengan penilaian bawah 40 saat terhubung ke 3G.

Pada pengalaman bermain gim, pengguna smartphone Indonesia melihat pengalaman gim yang baik dengan penilaian 75-85 saat terhubung ke 5G. Kemudian, pengalaman gim yang cukup dengan penilaian 65-75 saat terhubung ke 4G dan sangat buruk dengan penilaian di bawah 40 saat terhubung ke 3G.

"Jaringan 5G di Indonesia sudah meningkat secara signifikan dibandingkan dengan teknologi 4G dan 3G," kata OpenSignal dalam laporan yang diterima Katadata.co.id, Kamis (2/6).

Namun, menurut OpenSignal cakupan jaringan 5G di Indonesia belum luas. "Penyebaran dan pengembangannya masih di tahap awal," ujarnya.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sendiri telah menargetkan jaringan 5G merata di Indonesia pada 2024 sampai 2025. Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Ismail mengatakan, target itu berkaca pada implementasi 4G.

"5G tentu kami harapkan akan bisa lebih cepat dari 4G. Sejak diimplementasikan 2021, kami harapkan 2024 sampai 2025 sudah bisa meluas dan merata seperti halnya kondisi 4G," katanya dalam Webinar Road to Indonesia 5G Security Readiness, kemarin (7/2).

Untuk itu, kementerian gencar melakukan penataan ulang (refarming) spektrum frekuensi. Tahun lalu misalnya, Kominfo melakukan refarming spektrum pita frekuensi 2,3 GHz.

Refarming spektrum dilakukan agar layanan 5G yang sudah digelar beberapa operator seluler Tanah Air menjadi lebih baik. Refarming memungkinkan kualitas layanan 5G menjadi lebih baik, dan pemanfaatan 4G juga akan semakin optimal.

Ketersediaan spektrum frekuensi menjadi salah satu persoalan dalam pengembangan teknologi 5G di Indonesia. Itulah mengapa refarming mesti dilakukan. Dari sisi frekuensi, 5G membutuhkan semua jenis lapisan frekuensi dari yang rendah atau 700 Mhz, tengah 2,6 Ghz dan tinggi 3,5 Ghz.

Spektrum 700 Mhz untuk memperluas cakupan 5G. Sedangkan 2,6 Ghz untuk meningkatkan kapasitas internet. Lalu 3,5 Ghz untuk mengurangi latensi atau keterlambatan pengiriman data antarperangkat.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan