Huawei gencar mematenkan teknologi berbasis jaringan internet generasi keempat atau 4G dan kelima alias 5G. Upaya ini dilakukan untuk mendongkrak pendapatan yang tertekan imbas sanksi Amerika Serikat (AS).
Perusahaan asal Cina itu telah memegang total 110 ribu paten aktif dari 45 ribu set paten per akhir tahun lalu. Huawei juga menjadi perusahaan peringkat teratas yang mendapatkan paten di Tiongkok dan Eropa.
Ada lebih dari 2 miliar ponsel pintar (smartphone) non-Huawei yang mendapatkan manfaat dari kesepakatan lisensi teknologi seluler 4G dan 5G dari Huawei dalam lima tahun terakhir.
Huawei mengindikasikan bahwa sebagian besar gawai Android premium di pasar global menggunakan teknologi 4G dan 5G berlisensi. Sebagian besar pemegang lisensi ini berasal dari Cina, AS, dan negara-negara Asia lainnya, termasuk raksasa gadget asal Korea Selatan, Samsung Electronics.
Produsen smartphone itu juga memperkirakan, total penjualan yang dihasilkan dari lisensi paten US$ 1,2 miliar hingga US$ 1,3 miliar selama 2019 - 2021.
Huawei pun gencar mengejar potensi pendapatan dari paten tersebut. “Kami berharap pendapatan dari lisensi paten akan terus tumbuh,” kata head of the intellectual property rights department Huawei Alan Fan dikutip dari South China Morning Post, Rabu (8/6).
“Akan tetapi, perusahaan tidak mengoperasikan ini sebagai bisnis penghasil uang utama,” tambah dia.
CEO Huawei Ren Zhengfei juga mengatakan, perusahaan akan meningkatkan upaya mengubah kumpulan paten yang luas menjadi pendapatan melalui penetapan harga yang wajar. Ini untuk mendiversifikasi bauran penjualan.
“Kami perlu menetapkan patokan harga yang wajar bagi industri untuk menggunakan teknologi kami yang dipatenkan secara adil,” kata Ren.
Huawei mengungkapkan untuk pertama kalinya tarif royalti untuk lisensi teknologi seluler 5G. Perusahaan tidak akan meminta tarif royalti lebih tinggi dari US$ 2,50 per ponsel 5G.
Penetapan harga itu diharapkan turut mendorong upaya mempromosikan adopsi 5G yang lebih luas di semua industri.
Selain produsen ponsel, Huawei bekerja sama dengan pembuat mobil. Perusahaan memperkirakan bahwa sekarang ada delapan juta kendaraan yang terhubung menggunakan teknologi selulernya.
Huawei sepekat melisensikan teknologi seluler 4G kepada pemasok Volkswagen. Teknologi 4G diperkirakan digunakan di lebih dari 30 juta kendaraan Volkswagen dengan konektivitas nirkabel.
Upaya Huawei memperluas potensi paten lisensi itu juga dilakukan seiring dengan anjloknya pendapatan karena sanksi AS. Dalam 2021 Annual Report Press Conference, perusahaan Cina ini melaporkan penurunan pendapatan 28,56% yoy menjadi 636,8 miliar yuan atau Rp 1.435 triliun.
Huawei masuk dalam daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan AS sejak awal 2019. Alhasil, gawai buatan raksasa teknologi ini tak didukung oleh Android dari Google. Selain itu, ponsel mereka tidak memuat layanan seperti Gmail, YouTube, dan lainnya.
Akibat sanksi itu, Huawei terlempar dari posisi lima besar di bisnis ponsel. Lembaga riset TrendForce memperkirakan bahwa pangsa pasar Huawei menjadi ketujuh tahun lalu. Artinya raksasa teknologi Cina itu kalah dari Samsung, Apple, Xiaomi, OPPO, Vivo, dan Realme.