Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah memberikan hak labuh satelit Starlink kepada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat). Telkomsat merupakan anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom) yang bergerak di bidang penyediaan layanan satelit dari hulu ke hilir.
“Telkom Group melihat dan menyambut kehadiran Starlink sebagai komplemen terhadap layanan bisnis telekomunikasi broadband di Indonesia, dan juga dapat membantu percepatan penetrasi maupun pemerataan layanan telekomunikasi di Indonesia khususnya segmen pasar B2B,” kata Direktur Utama Telkomsat Lukman Hakim Abd Rauf dalam siaran pers, Selasa (14/6).
Sebelumnya, Telkomsat memang telah melakukan penjajakan untuk bersinergi dengan SpaceX. Pada medio kuartal I 2021 lalu, kedua perusahaan bersepakat untuk bekerja sama dalam pemanfaatan layanan Starlink.
Hak labuh satelit Starlink ini menjadi lisensi bagi Telkomsat untuk melayani jaringan perantara yang menghubungkan infrastruktur backbone telekomunikasi milik Telkom Group dengan menara base transceiver station (BTS), Wi-Fi, dan perangkat distribusi melalui jaringan serat optik.
Layanan ini hanya ada dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup, bukan untuk layanan akses internet pelanggan ritel secara langsung. Dengan telah diterimanya hak labuh Starlink, Telkomsat pun siap mendukung pemerataan pembangunan jaringan telekomunikasi broadband. Hal ini dilakukan demi mempersempit kesenjangan layanan digital di Indonesia.
Sebab, untuk mengakselerasi pertumbuhan masyarakat digital, ketersediaan layanan telekomunikasi broadband yang merata menjadi suatu keharusan. Pemerataan ini harus diupayakan, baik di perkotaan, kawasan pinggir kota, maupun desa-desa terpencil.
Berbagai opsi teknologi dari perusahaan provider dalam dan luar negeri akan dikombinasikan untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi broadband di area yang berbeda. Penggunaan fixed broadband mayoritas digunakan untuk melayani area perkotaan, dan sebagian kecil area di kawasan pinggir kota.
Sedangkan mobile broadband tersedia secara baik di kawasan perkotaan maupun pinggiran kota, serta sebagian kecil area pedesaan. Di sisi lain, solusi jaringan untuk kawasan pedesaan perlu didukung layanan satelit broaband.
Kondisi geografis Indonesia cukup menantang bagi program pemerataan pembangunan jaringan serat optik. Keberadaan Starlink akan menjadi solusi untuk mengisi kebutuhan jaringan backhaul di wilayah-wilayah yang belum terjangkau serat optik, sampai tersedianya solusi yang lebih permanen.
Starlink merupakan layanan berbasis sistem konstelasi satelit nongeostationer milik SpaceX dengan orbit rendah atau low earth orbit (LEO). Dengan ketinggian 500-1.400 kilometer (km), Starlink akan mampu memberikan layanan dengan latensi rendah dan throughput tinggi. Pengoperasiannya didukung oleh perangkat stasiun bumi yang mudah diinstalasi dan portabel.
Lukman menambahkan, kerja sama Telkomsat dengan SpaceX untuk menjalankan layanan Starlink merupakan langkah strategis untuk mempercepat pembangunan Infrastruktur dan platform digital cerdas yang berkelanjutan, ekonomi, dan dapat diakses seluruh masyarakat.
“Dengan adanya hak labuh Starlink ini, kami harapkan Telkom Group dapat terus mengakselerasi terwujudnya lingkungan dan masyarakat digital Indonesia. Karena, kami meyakini, dengan digitalisasi, Indonesia ke depannya bisa menjadi lebih baik,” ungkap Lukman.