Telkom akan meluncurkan lini bisnis metaverse bernama metaNesia akhir pekan ini. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merambah teknologi dunia virtual karena potensinya dinilai besar.
Metaverse merupakan versi teranyar dari virtual reality (VR) tanpa komputer. Pengguna teknologi dapat memasuki dunia virtual menggunakan perangkat berupa headset atau kacamata berbasis augmented reality (AR) maupun VR.
Telkom mengembangkan metaNesia melalui payung Leap-Telkom Digital. Nama metaNesia ini diambil dari akronim dari metaverse Indonesia.
metaNesia rencananya meluncur akhir pekan ini (31/7), dalam perhelatan Digiland di Istora Senayan, Jakarta.
BUMN itu akan mengemas peluncuran dengan berbagai acara seperti exhibition, entertainment, e-sport, pameran NFT alias non-fungible token dan fotografi.
Deputy Executive Vice President Digital Technology & Platform Business Telkom Indonesia Ery Punta Hendraswara mengatakan, metaNesia tidak sekadar menyuguhkan interaksi dengan visual biasa.
“Sebelumnya, orang punya persepsi kalau metaverse harus pakai VR, padahal metaverse lebih dari itu," kata Ery dalam siaran pers, Kamis (28/7).
Menurutnya, interaksi metaverse memang bisa menggunakan VR dan AR. Tetapi, bisa juga dilakukan lebih sederhana, seperti menggunakan ponsel atau personal computer (PC) layaknya bermain gim.
Ery juga memaparkan bahwa akan banyak peluang baru yang tercipta dari kehadiran metaverse. Bagi korporasi misalnya, metaverse memberikan pengalaman baru dalam interaksi antara perusahaan, konsumen, dan target pasar yang akan dicapai.
Selama ini, korporasi hanya dapat menjangkau konsumen secara online dan offline. Kehadiran metaverse berada di antara dua hal tersebut.
Artinya, metaverse menjadi komponen tambahan bagi korporasi untuk melayani konsumen atau mendapatkan pelanggan baru yang selama ini belum terjangkau.
“Pandemi membuat banyak perubahan. Untuk merek, metaverse tidak hanya sekadar channel baru, tetapi pengalaman anyar dan membuka peluang," katanya.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga bisa merambah metaverse lewat metaNesia. Telkom mengklaim, UMKM akan memiliki kesempatan untuk bekerja sama dan terhubung dengan perusahaan lainnya secara mudah lewat metaNesia.
BUMN itu juga mengklaim bahwa metaNesia dapat membuka jenis-jenis pekerjaan baru.
Dalam peluncurannya, metaNesia akan membawakan salah satu konsep awal yakni virtual. Grup musik Pusakata dan penyanyi Vidi Aldiano akan tampil dalam acara ini.
Pengunjung yang berada di tempat berbeda di dunia nyata, bisa bersama-sama menonton konser dan berinteraksi secara virtual.
metaNesia diharapkan bisa menjadi batu loncatan bagi perekonomian virtual di Indonesia.
Ery mengungkapkan, Telkom menciptakan metaNesia karena tidak ingin menjadi tamu di negeri sendiri. Dengan infrastruktur yang dimiliki, BUMN ini bisa menjadi hub metaverse yang bermanfaat bagi banyak pihak.
Selain itu, potensi pasar metaverse besar. Berdasarkan riset dari PwC, teknologi VR dan AR di metaverse mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) global US$ 1,4 triliun pada 2030.
AR dan VR juga mampu mendorong adanya 23,3 juta pekerjaan baru pada 2030.
Teknologi itu juga diramal menjadi tren masa depan. Pendiri Microsoft Bill Gates memperkirakan, pertemuan kantor di dunia virtual atau metaverse akan menjadi tren pada 2023 – 2024.
Menurutnya, pandemi Covid-19 mendorong banyak orang beralih ke digital, termasuk merevolusi tempat kerja.
Raksasa teknologi asal Cina, Baidu memperkirakan bahwa adopsi metaverse butuh waktu enam tahun agar bisa hadir sepenuhnya secara global.
Presiden HTC China Alvin Graylin juga mengatakan bahwa metaverse secara penuh akan hadir dalam lima sampai 10 tahun.
Statista pernah melakukan survei terhadap 1.000 responden untuk mengetahui kegiatan apa saja yang ingin mereka lakukan di dunia metaverse. Sekitar 52% responden mengaku ingin mendapat pengalaman bekerja di ruang kerja virtual.