Beda Hasil Survei Soal Kesiapan Warga Jakarta Beralih Ke TV Digital
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) wilayah Jakarta menyelenggarakan monitoring dan evaluasi kesiapan masyarakat DKI Jakarta menyambut penyiaran TV Digital 2022. Meski demikian, temuan mereka berbeda dengan hasil survei yang menjadi pegangan asosiasi televisi swasta.
Hasil survei KPID, 58% masyarakat DKI Jakarta siap beralih ke siaran digital. Survei dilakukan dengan menggandeng 3 (tiga) Program Studi Ilmu Komunikasi dari perguruan tinggi, yakni Universitas Nasional, Universitas Pancasila serta Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta.
Berdasarkan hasil survei, masyarakat secara keseluruhan mengetahui akan adanya siaran televisi digital dan menyatakan kesiapan menuju ke Analog Switch Off (ASO).
Anggota KPID Jakarta dan Koordinator Program Monev serta PIC Kegiatan ASO untuk wilayah Jakarta Th. Bambang Pamungkas mengatakan hasil survei pada bulan Juni - Juli 2022 dinilai masih rendah karena di bawah 60%.
"Diyakini saat ini tingkat kesiapan masyarakat di Jakarta menyambut ASO menuju penyiaran TV Digital terus mengalami peningkatan," kata Bambang dalam keterangan tertulis pada 4 Oktober 2022.
Survey dilakukan pada Juni - Juli 2022 dengan sampel 150 responden. Responden diambil dari 6 wilayah DKI Jakarta secara proporsional di Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu.
KPID DKI Jakarta menyatakan bahwa tujuan survei adalah untuk melihat gambaran dan peta kesiapan masyarakat DKI Jakarta dalam menyongsong penghentian siaran analog.
Tim Peneliti menggambarkan ada 4 aspek yang menjadi sorotan utama, yaitu:
1. Perilaku masyarakat DKI Jakarta dalam menonton siaran televisi.
Sebesar 38% masyarakat DKI Jakarta menonton televisi 2 – 3 kali dalam seminggu, Sedangkan 50% masyarakat DKI Jakarta menonton selama kurang dari 1 jam per hari.
Sebagian besar masyarakat DKI Jakarta (67,6%) menonton televisi untuk mendapatkan informasi atau berita. Sementara masyarakat yang menonton televisi untuk menyaksikan film/ sinetron sebesar 47,3%.
2. Aspek pengetahuan responden mengenai siaran digital.
Sebanyak 47,3% masyarakat DKI telah mengetahui bahwa Indonesia saat ini sedang dalam proses digitalisasi penyiaran. Namun mereka belum mengetahui terkait kapan ASO diselenggarakan, penggunaan STB, serta manfaat siaran digital.
Dalam perhitungan statistik menunjukkan bahwa 39% masyarakat DKI Jakarta memiliki pengetahuan yang rendah tentang penyiaran digital. Hanya 26% masyarakat DKI Jakarta yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang penyiaran digital. Sebagian besar sumber informasi tentang penyiaran TV digital didapatkan dari Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di TV dan siaran berita.
3. Aspek sikap responden mengenai siaran digital.
Sikap masyarakat DKI Jakarta mengenai siaran digital sebagian besar adalah positif dengan persentase sebesar 50,7%. Sementara mereka yang masuk kategori sikap netral sebesar 48,7%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masyarakat DKI Jakarta mendukung kebijakan siaran TV digital.
4. Kesiapan masyarakat DKI Jakarta menuju penghentian siaran analog atau Analog Switch Off (ASO).
Ada beberapa indikator yang diukur yaitu kepemilikan perangkat TV Digital, kepemilikan STB, dan berlangganan televisi berbayar. Hasil survei, menunjukkan bahwa 48,7% masyarakat DKI Jakarta telah memiliki perangkat TV Digital, sebanyak 13,3% menyatakan telah memiliki STB, dan 9,3% menyatakan berlangganan TV Berbayar. Sehingga dapat dikatakan bahwa 58% masyarakat DKI Jakarta memiliki kesiapan untuk beralih ke siaran digital.
Sebelumnya, Kominfo menyampaikan wacana ASO Jabodetabek yang sebelumnya akan diselenggarakan pada 5 Oktober ditunda karena permintaan Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI). ATVSI meminta agar migrasi ke TV digital Jabodetabek ditunda menjadi 2 November.
Ketua ATVSI Syafril Nasution menjelaskan, berdasarkan survei Nielsen pada 1 Oktober, hanya 43% penduduk DKI Jakarta yang siap beralih ke TV digital. Ini artinya, mayoritas belum siap baik dari sisi perangkat alias set top box maupun faktor lainnya.
“Apabila digabungkan dalam Jabodetabek, maka tentu yang belum siap beralih ke TV digital akan lebih besar lagi,” ujar Syafril kepada Katadata.co.id, Rabu (5/10).