Dampak TV Analog Mati, Netflix & Disney Banjir Pengguna di Indonesia?

ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/wsj.
Dua orang tamu mengamati siaran televisi digital saat penghentian siaran televisi analog di Kompleks Kementerian Kominfo di Jakarta, Kamis (3/11/2022) dini hari.
Penulis: Lenny Septiani
9/12/2022, 07.00 WIB

TV analog di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Batam sudah dimatikan. Nielsen pun mengungkapkan dampaknya.

Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia Hellen Katherina menyampaikan, masyarakat Jabodetabek yang beralih dari TV analog ke TV digital melonjak dari 46% sebelum 2 November menjadi 70% dalam tiga minggu.

Sebagaimana diketahui, TV analog di Jabodetabek mati pada 2 November.

“Ini membuat masyarakat di kota lain ikut membeli set top Box,” ujar Hellen di kantor Nielsen, Jakarta, Kamis (8/12).  “Naik rata-rata 10% (di daerah lain).”

Menurut dia, masyarakat Indonesia mau membeli set top box atau beralih ke TV digital untuk mendapatkan hiburan gratis di rumah.

Namun ia tidak memerinci berapa persen penonton TV analog yang beralih ke platform streaming video seperti Netflix, Disney+ Hotstar maupun Vidio.

Hellen hanya menjabarkan laporan Nielsen Streaming Content Ratings. Ini berdasarkan survei terhadap 3.700 responden berusia 10 tahun lebih di 11 kota besar di Indonesia selama Juni – Agustus atau sebelum analog switch off (ASO) di mulai.

Selama periode itu, jumlah penonton yang dijangkau oleh TV linier atau gratis seperti RCTI dan SCTV sama dengan streaming Netflix dan lainnya. Namun durasi menonton di TV linier lebih tinggi yakni 80 jam per bulan.

“TV linier menjangkau usia dewasa, sementara internet usia muda,” ujar Hellen.

Beda Penonton TV Gratis dan Netflix Dkk

Platform streaming video menjangkau lebih dari 80% pemirsa TV dengan rata-rata menonton selama sembilan jam per bulan. Namun ‘heavy users’ dapat menghabiskan 28 jam per bulan.

Rincian pertumbuhan pengguna platform streaming video berdasarkan usia di Indonesia, sebagai berikut:

  • Pengguna internet usia 10 – 40 tahun tumbuh hingga 99%
  • Pengguna yang mengakses konten video secara online usia 10 - 39 tahun tumbuh 100% - 499%, sementara usia lebih dari 40 tahun tumbuh > 1.000%
  • Pengguna yang menonton streaming video usia 10 - 39 tahun tumbuh 500% - 1.000%, sementara usia lebih dari 40 tahun tumbuh > 1.000%

Sedangkan durasi menonton sebagai berikut:

  1. TV linier 4.799 menit per bulan
  2. All streaming 568 menit per bulan:
  • YouTube 548 menit per bulan
  • Advertising-based Video on Demand (AVOD) seperti Vidio, RCTI+, Vision+, ¡Qiyi, Viu: 348 menit per bulan
  • Subscription Video on Demand (SVOD) seperti Netflix dan Disney+ Hotstar: 443 menit per bulan

SVOD memungkinkan pengguna mengonsumsi konten sebanyak yang mereka inginkan dengan tarif tetap per bulan. Sedangkan AVOD biasanya seperti stasiun televisi dan gratis, tetapi ada juga yang menyediakan konten premium seperti Piala Dunia di Vidio.

Nielsen juga membagikan profil penonton di setiap segmen, yakni:

  1. TV linier: 33% kelas atas, 58% kelas menengah, 9% kelas bawah
  2. All Streaming: 37% kelas atas, 55% kelas menengah, 7% kelas bawah:
  • YouTube: 37% kelas atas, 55% kelas menengah, 7% kelas bawah
  • AVOD: 44% kelas atas, 51% kelas menengah, 5% kelas bawah
  • SVOD: 60% kelas atas, 37% kelas menengah, 3% kelas bawah
Reporter: Lenny Septiani