Gaji pekerja IT atau informasi dan teknologi bisa mencapai puluhan juta menurut data Glints pada 2022. Hal ini menjadi salah satu pendorong sejumlah orang, termasuk guru dan pengemudi ojek online beralih karier menjadi ‘ahli IT’.
Startup pelatihan coding atau pemrogaman Hacktiv8 menerapkan sistem Income Share Agreement (ISA) atau Skema Bagi Hasil di Indonesia. Siswa bisa belajar lebih dulu dengan membayar deposit. Kemudian mencicil biaya belajar ketika lulus dan mendapatkan pekerjaan.
Coding adalah aktivitas yang dilakukan oleh programmer untuk berkomunikasi dengan komputer. Programmer menulis kode seperti membuat serangkaian instruksi untuk dilakukan oleh komputer.
“Alumni Hacktiv8 berasal dari latar belakang yang beragam, baik yang memiliki pengalaman di bidang IT maupun tidak,” kata CEO Hacktiv8 Ronald Ishak dalam keterangan pers pada Sabtu (4/2).
“Ada beberapa alumni yang dulunya berprofesi sebagai pengendara ojek online dan office boy (OB). Setelah lulus mereka berhasil mendapatkan pekerjaan impian sebagai programmer di perusahaan besar,” tambah dia.
Berdasarkan catatan Hactiv8, 91,5% lulusan mendapatkan pekerjaan kurang dari 90 hari. Rinciannya sebagai berikut:
- Software engineer (22,2%)
- Full-stack engineer (17,9%)
- Front-end engineer (17,9%)
Hacktiv8 mencatat upah para lulusan bootcamp lebih tinggi dari UMR rata-rata, dengan kenaikan 81%. Ini berarti, gaji rata-rata yang diterima oleh lulusan Hacktiv8 Rp 10 juta per bulan.
Berdasarkan laporan Glints bertajuk Tren Panduan Gaji 2022, gaji pekerja IT mulai dari Rp 4,5 juta sampai Rp 34 juta per bulan.
Fauzi Ramadan, salah satu alumi Hactiv8 kini bekerja sabagi Front-End Developer di Majapahit. Ia sebelumnya bekerja sebagai satpam.
“Namun tidak bertahan lama (sebagai satpam) karena pandemi Covid-19, sehingga membuat saya depresi lantaran tidak mempunyai penghasilan tinggi,” kata Fauzi dikutip dari laman resmi Hactiv8.
Kakaknya memberi tahu dirinya untuk belajar programming di Hactiv8. Setelah lulus, ia pun mendapatkan pekerjaan sebagai front-end developer.
Ada juga Ahmad Naufal yang sebelumnya bekerja sebagai guru les matematika. “Saya memiliki ketertarikan dengan coding, khususnya data science. Dari situ saya memutuskan career switch dengan ikut Bootcamp Data Science,” ujar dia.
Ia mendapatkan tawaran pekerjaan sebagai data scientist dalam satu bulan setelah lulus.
Cerita lainnya datang dari Ahmad Waluyo, yang sebelumnya bekerja sebagai pengemudi ojek online. “Walaupun harus jatuh bangun, mulai dari berhenti ngojek karena jadwal belajar yang padat hingga menjual motor untuk menyambung hidup,” ujarnya.
Ia pun lulus dan mendapatkan pekerjaan sebagai Front-End Developer di PT Renos Marketplace Indonesia.