TikTok Didorong Pilih Amerika, Cina Gandeng Rusia

PEXELS
TikTok
Penulis: Desy Setyowati
24/3/2023, 12.26 WIB

Cina dinilai tidak akan membiarkan TikTok menjadi perusahaan Amerika Serikat (AS) meski terancam diblokir. Di tengah isu ini, Presiden Xi Jinping menyepakati kerja sama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait teknologi.

The Star melaporkan, petinggi TikTok sedang berdikusi tentang kemungkinan memisahkan diri dari ByteDance Ltd yang berbasis di Cina. Ini untuk menghindari potensi pemblokiran di Amerika.

Cina menolak proposal pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk memaksa penjualan TikTok pada Kamis (23/3). Pada hari yang sama, CEO TikTok Shou Zi Chew menggelar pertemuan dengan parlemen AS soal keamanan data.

Dalam konferensi pers beberapa jam sebelum sidang antara Chew dan parlemen AS dimulai, juru bicara Kementerian Perdagangan Cina Shu Jueting mempertimbangkan penolakan Beijing terhadap proposal pemerintahan Joe Biden.

“Memaksa penjualan TikTok akan sangat merusak kepercayaan investor dari seluruh dunia, termasuk hina, untuk berinvestasi di Amerika Serikat,” kata Shu dikutip dari TechCrunch, Jumat (24/3). “Jika berita itu benar, Cina akan dengan tegas menentangnya.”

Gagasan untuk memaksa TikTok melepaskan diri dari kepemilikan Cina pertama kali muncul selama pemerintahan Donald Trump. Puncaknya yakni kesepakatan TikTok untuk menjual operasional di AS ke Oracle pada akhir 2020.

Pada saat itu, TikTok menolak tawaran akuisisi dari Microsoft. Akhirnya tidak ada perusahaan yang berhasil membeli TikTok.

Kesepakatan itu ditangguhkan tanpa batas waktu ketika Joe Biden menjabat pada tahun berikutnya. Tetapi dalam beberapa hari terakhir, pemerintahan Biden memaksa TikTok untuk beralih ke Amerika.

Namun Cina menolak usulan penjualan TikTok yang dipelopori oleh Komite Investasi Asing di AS (CFIUS).

Pada akhir 2020, Kementerian Perdagangan Cina memperbarui aturan ekspor dengan memperluas kendali atas teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) sebagai kategori.

Aturan itu dapat diterapkan ke ByteDance, yang memanfaatkan AI untuk menyajikan konten algoritme di TikTok. Saat regulasi ini muncul, ByteDance dengan cepat mengeluarkan pernyataan yang menegaskan bahwa mereka akan mengikuti aturan ini.

Shu pun merujuk pada aturan tersebut dalam pidatonya menanggapi pertemuan bos TikTok dengan parlemen AS pada Kamis (23/3).

“Penjualan atau divestasi TikTok melibatkan ekspor teknologi, yang harus mengikuti prosedur persetujuan peraturan Cina,” kata Shu. “Pemerintah Cina akan membuat keputusan sesuai dengan hukum.”

Cina Menggaet Rusia

Dua hari sebelum pertemuan Chew dan parlemen AS, Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyepakati kerja sama untuk mendominasi dunia teknologi, termasuk AI.

Kerja sama tersebut tertuang dalam dokumen ‘Pernyataan Bersama tentang Memperdalam Kemitraan Komprehensif Rusia - Tiongkok dan Kerja sama Strategis untuk Era Baru’.

Putin menyatakan kedaulatan teknologi adalah kunci keberlanjutan. “Kami mengusulkan untuk lebih meningkatkan kemitraan strategis dalam industri tertentu,” kata Putin dikutip dari laman resmi Presiden Rusia, Selasa (21/3).

Dengan menggabungkan kekayaan kapasitas penelitian dan kemampuan industri kedua negara, “Rusia dan Cina dapat menjadi pemimpin dunia dalam teknologi informasi, keamanan siber, dan kecerdasan buatan,” ujarnya.

Kesepakatan tersebut dilakukan dalam pertemuan kedua pemimpin di Rusia atas undangan Putin pada Senin (20/3). Keduanya mendiskusikan isu-isu terkini tentang pengembangan lebih lanjut kemitraan komprehensif dan interaksi strategis antara Rusia dan China, serta memperdalam kerja sama di panggung internasional.

Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping. Foto: Antara. (Antara)

Algoritme Penting Bagi Cina

Kepala investasi untuk Kaiyuan Capital Brock Silvers menilai, Cina jelas akan menolak permintaan untuk menjual TikTok. Regulator Cina bahkan menambahkan algoritme ke daftar teknologi yang dibatasi pada Agustus 2020, ketika Donald Trump mengancam akan melarang TikTok kecuali jika dijual.

“Tampaknya sangat tidak mungkin Beijing akan menerima kesepakatan apapun yang menghapus algoritme TikTok dari kontrol langsung dan otoritas,” katanya dikutip dari CNN Internasional, Kamis (23/3).

Peneliti di Hinrich Foundation Alex Capri pun mengatakan,pertemuan bos TikTok dan parlemen Amerika menandai awal dari peraturan ‘penggiling daging’ yang dihadapi semua perusahaan teknologi Cina.

Seorang pejabat senior dari regulator media digital dan tradisional Cina mengunjungi kantor Bytedance minggu lalu. Dia mendesak perusahaan meningkatkan penggunaan algoritme rekomendasi untuk menyebarkan energi positif dan memperkuat peninjauan konten online.

Hal itu diketahui dari situs resmi pemerintah Beijing. Kunjungan ini menyoroti tekad Cina menjaga ketat perusahaan internet yang paling kuat.

Terlebih lagi, jumlah pengguna TikTok terus bertambah sebagaimana terlihat pada Databoks di bawah ini:

“Algoritme TikTok membuatnya benar-benar unik dalam hal pengambilan data dan analitik strategis. Oleh karena itu, saya tidak melihat Beijing membiarkannya jatuh ke tangan kepentingan AS,” kata Capri.

“Kecuali jika mereka masih dapat mengakses data TikTok melalui cara dan metode lain, termasuk intrusi dunia maya yang sedang berlangsung dan bentuk akses pintu belakang lainnya,” tambah dia.

Profesor perdagangan di Universitas Bisnis Internasional dan Ekonomi Cui Fan mengatakan, beberapa teknologi mutakhir mungkin berdampak pada keamanan nasional dan kesejahteraan publik. “Ini perlu disertakan dalam manajemen (kontrol ekspor),” katanya kepada Xinhua.

Reporter: Desy Setyowati, Lenny Septiani