Tingkat penetrasi internet di Indonesia tercatat meningkat menjadi 78,19% pada 2023, dari persentase tahun sebelumnya, yakni 77,02%. Artinya, jumlah penduduk terkoneksi internet yakni mencapai 215,62 juta jiwa dari total populasi 275,77 juta jiwa penduduk Indonesia.

Angka tersebut meningkat 5 juta jiwa dari total warga yang terkoneksi internet pada tahun lalu, yakni sebesar 210 juta jiwa.

Kesimpulan ini merupakan hasil survei bertajuk Penetrasi dan Perilaku Internet 2023 yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).

Menurut laporan APJII, berdasarkan klasifikasi gender, laki-laki lebih banyak menggunakan internet dengan penetrasi 79,32% dari kontribusi 51,19%, sedangkan penetrasi internet pada perempuan tercatat 77,36% dengan kontribusi 48,81%.

Berdasarkan usia pengguna, internet paling banyak digunakan oleh masyarakat berusia 13-18 tahun yakni mencapai 98,2% dengan kontribusi 12,15%. Kemudian, pengguna usia 19-34 tahun sebanyak 97,17% dengan kontribusi 32,09%, usia 35-54 tahun tercatat 84,04% dengan kontribusi 33,67%, dan 47,62% pengguna berusia 55 ke atas dengan kontribusi 7,19%.

Berdasarkan tingkat pendidikan, penetrasi internet paling banyak terjadi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan pasca-sarjana yakni mencapai 100%, dengan kontrobusi 0,45%. Kemudian, tingkat sarjana 97,61% dengan kontribusi 8,23%, tingkat SMA 94,74% dengan kontribusi 51,27%, dan tingkat SMP 85,42% dengan kontribusi 24,15%.

Penetrasi internet di kawasan perkotaan lebih tinggi dibanding masyarakat di wilayah perdesaan, yakni 87,55% berbanding 79,79%.

Berdasarkan pekerjaan, internet paling banyak digunakan oleh pelajar dan mahasiswa 98,88%, disusul kemudian oleh pekerja 84,72%, ibu rumah tangga 77,85%, warga tak bekerja 72,01%, dan pensiunan 71,84%.

Masyarakat di wilayah Jawa terkoneksi internet paling banyak, yakni mencapai 81,83%. Selanjutnya, warga Bali sebesar 80,88%, Kalimantan 78,71%, Sulawesi 73,59%, dan Sumatra 73,50%. Masyarakat di wilayah Timur masih berada di urutan terakhir, yakni Maluku 73,45%, Nusa Tenggara 72,32%, dan Papua 63,15%.

Dalam laporannya, APJII memaparkan metode survei yang digunakan, yakni teknik multi stage random sampling. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuesioner.

Adapun, proses pengumpulan data dilakukan pada 10-27 Januari 2023 dengan kontrol kualitas 30% dari total sampel. Jumlah sampel survei tercatat sebanyak 8.510 responden dengan margin of error 1,14% dan tingkat kepercayaan 95%.