Pemanfaatan Digital Identity telah terbukti memberikan manfaat bisnis yang signifikan bagi perusahaan layanan keuangan berbasis digital di Indonesia. Penilaian tersebut berdasarkan laporan terbaru dari PT Indonesia Digital Identity (VIDA) bersama dengan Katadata Insight Center (KIC).
Kajian bertajuk Digital Identity: Solusi Percepat Akuisisi Pelanggan itu lantas menyatakan terdapat peluang bisnis yang nyata dari penerapan teknologi tersebut.
Laporan sama merekomendasikan perusahaan keuangan berbasis digital perlu segera mengadopsi Digital Identity sebagai strategi meraih kepercayaan pelanggan. Selain itu, perusahaan juga perlu menerapkan Digital Identity seiring peluang peningkatan proses bisnis internal.
Di sisi lain, penerapan Digital Identity memberikan dampak terhadap perekonomian secara keseluruhan, mulai dari meningkatkan nilai ekonomi formal yang lebih besar, mendorong peningkatan inklusi keuangan di tingkat individu, dan membantu mewujudkan kepercayaan dalam interaksi digital.
Menurut jajak pendapat, terdapat keinginan kuat dari perusahaan keuangan digital di Tanah Air untuk menerapkan Digital Identity. Buktinya, sebanyak 67 persen responden menyatakan implementasi teknologi ini mendesak, bahkan 21 persen responden berpendapat sangat mendesak.
Mayoritas responden mengutarakan, Digital Identity menjadi perlu karena sejumlah pertimbangan, yaitu menjaga keamanan data pribadi (32 persen), agar tidak tertinggal dari negara lain (18 persen), meningkatkan efisiensi dan akurasi usaha (18 persen), serta mempermudah sekaligus mempercepat layanan (11 persen).
“Penggunaan Digital Identity terbukti meningkatkan kepercayaan konsumen. Dengan begitu, kami merekomendasikan percepatan untuk adopsi teknologi tersebut di bidang yang lain, yakni sektor swasta, pemerintahan, UMKM, dan lain sebagainya,” kata Director of Katadata Insight Center Adek Media Roza saat peluncuran riset di Jakarta, Rabu (24/5).
Sebanyak 58 persen responden perusahaan keuangan berbasis digital di dalam negeri mengimplementasikan teknologi Digital Identity dalam proses bisnis, menurut laporan sama. Wujudnya ialah tanda tangan digital (74 persen), verifikasi identitas berbasis biometric (62 persen), dan online onboarding (43 persen).
Sedangkan, 42 persen responden belum menerapkan teknologi Digital Identity. Mereka mengutip sejumlah alasan, di antaranya kondisi infrastruktur (27 persen), belum adanya kebutuhan mendesak dari/terkait layanan untuk konsumen (27 persen), dan kondisi finansial (20 persen).
“Sebesar 42 persen yang belum menggunakan [Digital Identity ini] menjadi peluang,” kata VP Katadata Insight Center Adek Media Roza. Secara keseluruhan, imbuhnya, responden meyakini bahwa Digital Identity menjadi penting pada masa depan.
Dukung Ekonomi Digital
Co-Founder and President of VIDA, Sati Rasuanto mengatakan, peluncuran hasil riset tersebut penting untuk mendukung akselerasi ekonomi digital di Indonesia. VIDA selaku perusahaan penyelenggara sertifikat elektronik (PSrE) mendukung percepatan proses digitalisasi yang ada.
Sati berpendapat, transformasi digital sejauh ini bermanfaat bagi pelaku usaha maupun masyarakat secara umum. Namun, digitalisasi hadir disertai risiko serangan siber dan tindakan kriminal.
Menurutnya, mengutip informasi dari McKinsey, peningkatan adopsi layanan digital mendorong kemunculan beragam penipuan baru. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan manajemen fraud agar bisa memenuhi ekspektasi pelanggan atas layanan yang aman.
“Ini menunjukkan peran Digital Identity selaku kredensial elektronik sebagai bukti legalitas, serta demi mendukung ekosistem digital menjadi lebih terpercaya,” kata Sati.
Riset tersebut juga memetakan manfaat bisnis Digital Identity. Ada empat aspek, pertama adalah speed, yaitu kemampuan memproses, verifikasi, dan autentikasi data secara cepat. Kedua, scale yang merujuk kepada pemrosesan data lebih besar. Ketiga, secure yang berarti jaminan keamanan secara menyeluruh. Terakhir adalah social impact termasuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital.
Contoh, terkait speed, sebanyak 89 persen responden perusahaan mengaku bisa mempercepat proses bisnis internal. Mereka juga dapat menyediakan layanan/produk melalui penerapan Digital Identity.
Menyangkut indikator scale, masing-masing sebanyak 64 persen dan 58 responden mendapatkan tambahan pengguna baru dan kenaikan penjualan. Soal aspek secure, sebesar 78 persen responden bisa meningkatkan keamanan sistem informasi perusahaan maupun keamanan transaksi bagi pengguna.
Sementara itu, terkait social impact alias dampak sosial, 67 persen responden menyatakan turut membantu bisnis UMKM melalui Digital Identity. Di luar itu, 75 persen perusahaan yang menerapkan teknologi tersebut mengaku beroleh persepsi kredibel dan compliance terhadap peraturan.
“Teknologi Digital Identity berpengaruh terhadap perkembangan semua teknologi yang ada di perusahaan, termasuk kaitannya dengan pengalaman pengguna dalam mengakses teknologi dan kenyamanan mereka. Hal ini sejalan dengan komitmen VIDA yang menyediakan layanan digital online yang komprehensif,” ujar Sati.
Sebagai perusahaan yang terdaftar dan berinduk di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), VIDA menawarkan solusi, misalnya layanan otentikasi multifaktor, tanda tangan elektronik, dan identitas terverifikasi.
Laporan lengkap VIDA bersama Katadata Insight Center dapat diunduh di laman ini.