Profil Sam Altman, Bos ChatGPT yang Kunjungi Jakarta Pakai Batik

Lenny Septiani|Katadata
CEO OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, Sam Altman mengunjungi Indonesia, Selasa (14/6/2023).
Penulis: Lenny Septiani
Editor: Lavinda
14/6/2023, 16.20 WIB

Sam Altman, Co-Founder dan CEO OpenAI yang populer dengan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) ChatGPT, datang ke Jakarta hari ini, Rabu (14/6), untuk berdiskusi seputar teknologi. Bagaimana profilnya?

Acara diskusi bertajuk “Conversation with Sam Altman” ini diselenggarakan oleh KORIKA bersama dengan GDP Venture. Sam hadir dengan menggunakan kemeja batik berwarna hitam dan merah dengan celana biru tua berpadu dengan sepatu pantofel coklat.

Acara ini dibuka untuk publik tanpa pungutan biaya di Grand Ballroom, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta. Penyelenggara mengklaim tiket habis hanya dalam waktu 30 menit.

Sam mengatakan kunjungan ke Jakarta bukan yang pertama kali, melainkan sudah beberapa kali.

"Coba tanya pertanyaan personal ke ChatGPT," kata Sam, misalnya makanan paling enak di dunia. Menurutnya, nasi goreng mungkin menjadi nomor satu.

Terkait profilnya, Sam Altman lahir pada tahun 1985. Dikutip dari Business Insider, Sam dibesarkan di St. Louis, Missouri, Amerika Serikat. Dia mempelajari pemrograman dan membongkar komputer Macintosh ketika baru berusia 8 tahun.

Sam Altman bekerja sebagai presiden akselerator startup Y-Combinator sebelum mendirikan OpenAI.

Sam bersama Elon Musk kemudian mendirikan OpenAI pada tahun 2015, sebagai perusahaan riset dan pengembangan AI.

Teknologi-teknologi OpenAI di antaranya, sistem bahasa alaminya, GPT-4 dan ChatGPT, sistem generasi gambar DALL·E, dan sistem pengenalan ucapan sumber terbuka, yakni Whisper.

Adapun, misi OpenAI adalah untuk memastikan manfaat AGI atau kecerdasan artifisial umum bagi umat manusia, dan perusahaan ini diatur oleh yayasan nirlaba OpenAI.

Berbicara tentang AI, Sam Altman berpendapat bahwa saat ini kecerdasan artifisial sedang menjadi perhatian karena mampu menunjukkan keunggulan dalam banyak hal.

Menurutnya, masyarakat akan saling beradaptasi dimana kecerdasan artifisial akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan manusia, dan manusia akan menyesuaikan diri dengan apa yang dapat dilakukan kecerdasan artifisial.

Reporter: Lenny Septiani